Selasa, 24 Desember 2013
Kamis, 12 Desember 2013
ISLAMIC WORDVIEW
KONSEP ISLAMIC WORDVIEW
Abul A’la al-Maudhudi :
Islami Nadzariyat ( Islamic Vision)
adalah pandangan hidup yang diawali dengan konsep keesaan Tuhan (syahadah)
sebab konsep ini akan berimplikasi kepada keseluruhan kegiatan manusia.
Sayyid Qutub ; At-Tshawwur al-islami (Islamic Vision) adalah
akumulasi dari asas keyakinan yg terbentuk dalam pikiran dan hati setiap
muslim, yg memebrikan gambaran tenatng wujud dan apa yg berada dibalik itu.
Syech Atif al-Zayn : al-Mabda’ al-Islamy (Islamic Principle) adalah
aqidah fikriyah, dimana keyakinan akan hakekat Tuhan, Kenabian, turunnya
al-Qur’an harus diimati di hati dan harus juga logis, artinya diterima oleh
akal.
Naquib al-Attas ; ru’yatul islam (Islamic Wordview) adalah
pandangan Islam ttg realitas dan kebenaran yang Nampak oleh mata hati dan mampu
menjelaskan hakekat wujud yang total.
Sementara Definisi Wordview antara lain ;
1.
Prof Alparslan,
adalah asas bagi setiap prilaku manusia, termasuk aktivitas-aktivitas ilmiah
dan teknologi. Karena setiap aktivitas manusia pada akhirnya dapat dilacak dari
pandangan hidupnya.
2.
Thomas S Khuhn
menganggap wordview sebagai perubahan pradigma yang mendorong terjadinya
perubahan social, pemahaman realitas dan asas bagi aktivitas ilmiah. wordview
baginya merupakan aktivitas menyediakan konsep nilai, standar-standar dan
metodologi.
Struktur Wordview Naquib
al-Attas ;
|
Wordview Ketuhanan
|
|
Konsep Tentang Hakekat Tuhan
Konsep Wahyu
Konsep Penciptaan
Konsep Jiwa
Konsep Ilmu
Konsep al-Din
Konsep Kebebasan
Konsep Nilai dan kebajikan
Konsep Kebahagiaan
|
Konsep Tuhan
Wahyu
Agama
Nabi
Penciptaan
Dunia
Konsep Nilai
Konsep Kehidupan
Konsep Ilmu
Konsep Manusia
Politik, ekonomi dan pendidikan
|
Konsep Nilai
Konsep dunia
Konsep ilmu
Konsep manusia dan ilmu
Konsep politik, social dan budaya
Konsep hokum, ekonomi dan teknologi
Konsep kehidupan
|
Jumat, 29 November 2013
BULLETIN NUN-Q
Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh
Pasti ada pertanyaan besar bagi siapapun yang membaca nama nun_Q, sebuah
majalah pesantren. Apa maksud dan tujuan
majalah
nun_Q
sebagai sebuah majalah pesantren?
Mengapa yang diangkat
pesantren? Pertanyaan itu terus diberondongkan
bak mitraliur yang tidak pernah
ber- henti ditembakkan. Dan masih menghantam kita menjelang hari H terbitan edisi perdana nun_Q.
Kita sadari bahwa peran pesant- ren sebagai salah satu bagian penting dari khasanah intelektual anak bangsa yang tidak mungkin dipisahkan ke- beradaannya. Namun keberadaanya terpinggirkan, kurang subur, nyaris mati. Ini yang menyebabkan sumban- gan yang diberikan dunia intelektual pesantren terhadap khasanah intelek- tual di Indonesia menjadi kurang op- timal, kontribusi estetik, tematik dan etik yang merupakan potensi khas pesantren menjadi kurang begitu terasa dalam denyut akademik intelektual In- donesia. Suatu institusi yang kental di dalamnya dengan tradisi baca, tradisi menulis, tradisi sastra, tradisi berde- bat, dan tradisi menghaluskan budi le- wat lantunan musik-musik tradisional.
Kesadaran ini yang ingin kita ban- gun. Omong punya omong, banyak masukan dari teman-teman yang pedu- li dengan dunia intelektual pesantren. Mengapa banyak hal tentang karya pesantren yang terlupakan. Fenomena tentang khasanah intelektual pesant- ren secara global maupun lokal dalam khasanahnya telah banyak diperbincangkan, tapimasih banyak celah-celah kosong yang tidak tergali dan terlupakan. Iktiar ini bertujuan un- tuk memancing segala potensi Intelektual yang sebelumnnya tertidur menjadi bergairah. Diharapkan akan muncul lagi penulis-penulis berbakat, sastrawan, seniman, budayawan daripesantren, khususnya.
Berdasarkan itulah kita ingin mengajak berdialaog dan mengajak berinteraksi secara kongkret dalam pengembangan dunia tulis-menulis di pesantren. Sebagai tema pembuka dalam edisi perdana majalah nun_Q, yaitu Membangkitkan Kembali Tradisi Intelektualsme Pesantren. Redaksi.. Wassalam.
Read More
Senin, 11 November 2013
Minggu, 10 November 2013
Sabtu, 09 November 2013
Pidato Bahasa Arab Terhebat 2013... Peneng Mari !
http://www.youtube.com/v/mHusgSxI2fs?version=3&autohide=1&feature=share&showinfo=1&attribution_tag=Y6DmBttZpJUzBunjYvhKgg&autoplay=1&autohide=1
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A.
Pengertian perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang
mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan
individu dari mulai masa konsepsi sampai mati[2]. Perkembangan (development)
adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebuh maju. Pertumbuhan sendiri
(growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah,ukuran dan arti
pentingnya. Pertumbuhan juga berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of
development)
Adapun perkembangan adalah proses perubahan kualitatif
yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, dengan kata lain penekanan
arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang oleh organ-organ fisik. Dalam mempelajai perkembangan manusia
diperlukan adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya
pematangan fungsi kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat. Karena
ketiga hal berkaitan erat dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan
manusia tak terkecuali para siswa sebagai peserta didik kita. Dikarenakan
apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seorang dalam keadaan
positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses
perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan ini
belum tentu terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses
perkembangan siswa dalam menuju cita-cita bahagianya
Perkembangan
(Development) merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap individu,
perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan
kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif
serta sistematis di dalam diri manusia. Akhmad Sudrajat : 2008, memberikan
definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis,
progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir
hayatnya[3] atau
dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju
tingkat kedewasaan atau kematangannya.”
Seorang individu mengalami
perkembangan sejak masa konsepsi, serta akan berlangsung selama hidupnya.
“Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan
sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini,
anak2, dan dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan
sepanjang hidup.”( Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS (K). : 2008 ). Maka dengan
kata lain dapat kita artikan bahwa sepanjang hidup kita merupakan suatu
rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi perkembangan
(development), pertumbuhan (growth) serta kamatangan (maturation) baik fisik
maupun psikis. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan hidup.
Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara
yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya
usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan. Proses ini
terjadi dalam diri manusia secara bertahap dan memiliki fase – fase tertentu
yang menjadi acuan proses perkembangan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud, fase perkembangan dibagi menjadi 6 fase yaitu ; Fase Oral atau mulut
yang merupakan sentral pokok keaktifan yang dinamis, Fase Anal, Fase Falis atu
alat kelamin, Fase Latent, Fase Pubertas dan Fase Genital atau proses menginjak
kedewasaan.
B.
Konsep Dasar Perkembangan
Konsep
dasar perkembangan adalah perubahan – perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya ( maturation ) yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut
fisik ( jasmaniyah ) maupun psikis ( rohaniyah ). Yang dimaksud dengan
sistematis, progresif dan berkesinambungan adalah sebagai berikut ;
1.
Sistematis, berarti
perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling
mempengaruhi antara bagisn – bagian organisme ( fisik atau psikis ) dan
merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contohnya, kemampuan berjalan anak
seiring dengan matangnya otot – otot kaki, dan keinginan remaja memperhatikan
lawan jenis seiring dengan matangnya organ – organ seksualnya.
2.
Progresif, berarti
perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam ( meluas ) baik
secara kuantitatif ( fisik ) maupun kualitatif ( psikis ). Contohnya, seperti
terjadinya perubahan proporsi dan ukuran fisik ( dari pendek menjadi tinggi dan
dari kecil menjadi besar ) serta perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari
yang sederhana sampai kepada yang komplek ( dari mengenal abjad atau huruf
sampai bisa membaca buku, Koran, majalah dan al-quran ).
3.
Berkesinambungan, berarti perubahan
pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau
berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat – loncat. Contohnya untuk
dapat berdiri, seorang anak harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya,
yaitu kemampuan duduk dan merangkak.
C.
Fase – Fase Perkembangan
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai
penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai
cirri – cirri khusus atau pola – pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah
pembabakan atau priodisasi perkembangan ini, para ahli berbeda pendapat.
Pendapat – pendapat itu secara garis besarnya dapat gigolongkan menjadi tiga,
yaitu berdasarkan biologis, didaktis dan psikologis.
a. Tahap perkembangan
berdasarkan analisis biologis.
Para ahli menentukan pembabakan berdasarkan
keadaan atau proses pertumbuhan tertentu, atau berdasarkan gejala perkembangan
jasmani ( fisik ). Dibawah ini disajikan beberapa pendapat, antara lain ;
TAHAPAN
|
ARISTOTELES
|
KRETCMER
|
ELIZABETH HURLOCK
|
Tahap I
|
0 s.d. 7
tahun ( masa anak kecil atau masa bermain
|
0 s.d. 3
tahun ( anak kelihatan pendek gemuk )
|
Fase
Pranatal ( masa konsepsi atau proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan.
|
Tahap II
|
7 s.d. 14
tahun ( masa anak, masa sekolah rendah )
|
3 s.d. 7
tahun ( anak kelihatan langsing, memanjang dan meninggi )
|
Infancy (
orok ), mulai lahir s.d. 10 tahun 14 hari.
|
Tahap III
|
14 s.d. 21
tahun ( masa remaja / pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi orang
dewasa.
|
7 s.d. 13
tahun (anak kelihatan pendek gemuk kembali )
|
Babyhood (
bayi ) 2 minggu s.d. 2 tahun
|
Tahap IV
|
13 s.d. 20
tahun ( anak kembali kelihatan langsing )
|
Childhood (
kanak – kanak ) 2 tahun s.d. remaja
|
|
Tahap V
|
Adoselen/Puberty
( 11 atau 13 tahun s.d. usia 21 tahun ) masa perkembangan terkhir sampai masa
kuliah di perguruan tinggi
|
b. Tahap perkembangan
berdasarkan didaktis
Dasar didaktis atau instruksional yang
digunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan : 1) Apa yag harus diberikan
kepada anak didik pada masa – masa tertentu ? 2) Bagaimana caranya mengajar
atau menyajikan pengalaman belajar kepada anak didik pada masa – masa tertentu
? 3) Kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan. Yang dapat digolongkan ke
dalam penahapan berdasarkan didaktis atau instrusional antara lain pendapat
dari Cimenius dan Resseau.
1) Comenius. Dipandang
dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap seseorang itu berlangsung dalam
empat jenjang, yaitu a) Sekolah Ibu ( Scole Materna ), untuk anak – anak usia
0,0 s.d. 6 tahun, b ) Sekolah Bahasa Ibu ( Scole Vernaculan ), untuk anak usia
6 s.d. 12 tahun, c) Sekolah Latin ( Scole Latina ), untuk pemuda – pemudi usia
18 s.d. 24 tahun. Pada setiap sekolah itu harus diberikan bahan pengajaran (
bahasa pendidikan ) yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dan harus
dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya.
2) Rosseau. Penahapan
perkembangan menurut Resseau adalah sebagai berikut ;
Tahap I :
0.0 s.d. 2 tahun, usia asuhan
Tahap II :
2 s.d. 12 tahun, masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra
Tahap III :
12 s.d. 15 tahun, priode pendidikan akal
Tahap IV :
15 s.d. 20 tahun, priode pendidikan watak dan pendidikan agama.
c. Tahap perkembangan
berdasarkan psikologis
Para ahli yang menggunakan aspek psikologis
sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman
–pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat
digunakan sebagai perpindahan dari fase yang satu ke fase yang lain dalam
perkembangannya. Dalamhal ini para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan,
pada umumnya individu mengalami masa – masa kegoncangan. Apabila perkembangan
itu dapat dilukiskan sebagai proses evolusi, maka pada masa kegoncangan itu
evolusi berubah menjadi revolusi.
Kegoncangan psikis itu hampir dialami hampir oleh
semua orang. Karena itu, dapat digunakan sebagai ancar – ancar perpindahan dari
masa yang satu ke masa yang lain dalam proses perkembangan. Selama masa
perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu
a) pada kira – kira tahun ketiga atau kkeempat, dan b) pada permulaan masa
pubertas.
Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat
digambarkan melewaati tiga priode atau masa, yaitu ; 1) dari lahir sampai masa
kegoncangan pertama ( tahun ketiga atau keempat ) yang biasa disebut masa kanak
– kanak, 2) dari masa kegoncangan pertama sampai pada masa kegoncangan kedua
yang biasa disebut masa keserasian bersekolah, dan 3) dari masa kegoncangan
kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan.
D.
Fase
– fase perkembangan individu.
Fase
perkembangan individu dibagi dalam empat tahapan, yaitu ;
1.
Masa
usia pra sekolah. Pada masa ini dapat diperinci
lagi menjadi dua masa, yaitu a) masa vital, masa dimana individu menggunakan
fungsi – fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dal dunianya, dan b) masa
estetik, yaitu masa yang dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan.
2.
Masa
usia sekolah dasar. Pada masa ini seringkali
disebut sebagai masa keserasian bersekolah.
3.
Masa
usia sekolah menengah. Pada masa usia sekolah
menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak
menarik perhatian karena sifat – sifat khasnya dan peranannya yang menentukan
dalam kehidupan individu dalm masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci
lagi menjadi beberapa masa, yaitu 1) masa pra remaja ( remaja awal ). Masa ini
ditandai dengan sifat – sifat negative pada diri remaja karena munculnya gejala
tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya, 2) masa remaja (
remaja madya ), dimana pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan
untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan dapat
menolongnya, yaitu teman yang dapat merasakan suka dan dukanya, 3) masa remaja
akhir, yaitu masa dimaja remaja sudah dapat menentukan pendirian hidupnya dan
telah terpenuhinya tugas – tugas perkembangan masa remaja.
4.
Masa
usia kemahasiswaan.
Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur
sekitar 18.0 sampai 25.0 tahun. Mereka dapat digolongkan pada masa remaja akhir
sampai masa dewasa awal atau dewasa madya. Dilihat dari segi perkembangan pada
usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.
E.
Aspek
Aspek Perkembangan
Aspek
– aspek perkembangan ini meliputi ; fisik, intelegensi ( kecerdasan ), emosi,
bahasa, social, kepribadian, moral dam kesadaran beragama.
1.
Perkembangan
fisik. Kuhlen dan Thompson ( Hurlock, 1956 ) mengemukakan bahwa perkembangan
fisik individu meliputi empat aspek, yaitu 1) system syaraf, yang sangat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi, 2) otot – otot yang
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, 3) kelenjar endoktri,
yang menyebabkan munculnya pola – pola tingkah laku baru, dan 4) struktur fisik
tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.
2.
Perkembangan
Intelegensi, suatu perkembangan pada diri invidu yang tidak bersifat kebendaan,
melainkan suatu fisik ilmiah untuk mendeskripsikan prilaku individu yang
berkaitan dengan kemampuan intelektual.
3.
Perkembangan
Emosi, yaitu perkembangan keadaan perasaan yang kompleks yang disertai
karakteristik kegiatan kelenjar dan motorik.
4.
Perkembangan
bahasa, yaitu perkembangan kemampuan berkomonikasi dengan orang lain. Dalam hal
tercakup semua cara untuk berkomonikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk lambing atau symbol untuk mengungkapkan sesuatu.
5.
Perkembangan
Sosial, yaitu perkembangan dimana seseorang mencapai kematangan dalam hubungan
social. Dapat juga dikatakan sebagai sebagai proses belajar menyesuaikan diri
terhadap norma – norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomonikasi dan saling bekerjasama.
6.
Perkembangan
Kepribadian, yaitu perkembangan diri individu yang sifatnya personal atau
aktualisasi diri yang tergambar pada penilaian pihak lain terhadap diri
seseorang, baik dari sikap, tingkah laku, gaya
berbicara, karakter dll.
7.
Perkembangan
moral, yaitu perkembangan diri terhadap penerimaan pada adat istiadat,
peraturan, nilai – nilai dan kemampuan untuk menerima dan melaksanakan
peraturan, nilai – nilai atau prinsip – prinsip moral.
8.
Perkembangan
Kesadaran Beragama, yaitu perkembangan kesadaran individu terhadap adanya
kekuatan lain selain dirinya dan munculnya kesadaran untuk berlabuh
menyandarkan segala harapan, perjuangan dan cita serta keinginan untuk
bertuhan. Jiwa beragama atau kedaran beragama ini merujuk kepada aspek rohaniah
individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan kedalam
peribadatan kepada-Nya.
F. Tugas-tugas
perkembangan berdasar tahapan perkembangan dan PAI
Salah
satu prinsip perkembangan bahwa setiap individu akan mengalami fase
perkembangan tertentu, yang merentang sepanjang hidupnya. Pada setiap fase
perkembangan ditandai dengan adanya sejumlah tugas-tugas perkembangan tertentu
yang seyogyanya dapat dituntaskan.
Tugas–tugas
perkembangan ini berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang seyogyanya
dikuasai sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Havighurst (Abin
Syamsuddin Makmun, 2009) memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa:
“A developmental task is a task which arises at or about a certain period in
the life of the individual, succesful achievement of which leads to his
happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in
the individual, disaproval by society, difficulty with later task”..
Tugas
perkembangan individu bersumber pada faktor–faktor: (1) kematangan
fisik; (2) tuntutan masyarakat secara kultural; (3) tuntutan dan dorongan
dan cita-cita individu itu sendiri; dan (4) norma-norma agama.
Untuk
lebih jelasnya, di bawah ini dikemukakan rincian tugas perkembangan dari setiap
fase menurut Havighurst.
TUGAS PERKEMBANGAN SECARA UMUM
1. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal
(0,0–6.0)
- Belajar berjalan pada usia 9.0 – 15.0 bulan.
- Belajar memakan makanan padat.
- Belajar berbicara.
- Belajar buang air kecil dan buang air besar.
- Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
- Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
- Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
- Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain.
- Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan pengembangan kata hati.
2. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir dan Anak
Sekolah (6,0-12.0)
- Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
- Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
- Belajar bergaul dengan teman sebaya.
- Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
- Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
- Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
- Mengembangkan kata hati.
- Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
- Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12.0-21.0)
- Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
- Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
- Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
- Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
- Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
- Memilih dan mempersiapkan karier.
- Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
- Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
- Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
- Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
4. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal
- Memilih pasangan.
- Belajar hidup dengan pasangan.
- Memulai hidup dengan pasangan.
- Memelihara anak.
- Mengelola rumah tangga.
- Memulai bekerja.
- Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
- Menemukan suatu kelompok yang serasi.
Sementara itu, Depdiknas (2003) memberikan
rincian tentang tugas perkembangan masa remaja untuk usia tingkat SLTP dan
SMTA, yang dijadikan sebagai rujukan Standar Kompetensi Layanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah, yaitu :
1. Tugas Perkembangan Tingkat SLTP
- Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
- Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
- Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas.
- Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
- Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat.
- Mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
- Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.
2. Tugas Perkembangan Peserta didik SLTA
- Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita.
- Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat
- Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
- Mencapai kematangan dalam pilihan karir
- Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
- Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni.
- Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
TUGAS -TUGAS PERKEMBANGAN KHUSUS REMAJA
Setiap
fase perkembangan memiliki tugas-tugas perkembangan. Tugas-tugas perkembangan
tersebut merupakan pengharapan atas apa yang akan diakukan oleh seseorang pada
masa perkembangannya. Tugas-tugas ini bersifat normatif, on time, dan
diharapkan serta diantisipasi oleh individu. Havighurst (Kimmel, 1995: 15)
menawarkan suatu konsep tugas perkembangan yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, sikap atau fungsi yang diharapkan dapat dicapai oleh individu
pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai
sebelum seorang individu melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya. Apabila
seorang individu gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya, maka ia akan sulit
untuk memenuhi tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal
melaksanakan tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan
mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau
melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut. Dengan memahami
tugas-tugas perkembangan remaja, maka kita sebagai seorang pendidik atau
seorang dewasa yang terlibat dalam penanganan masalah remaja dapat memotivasi
remaja dan menolong remaja memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Walaupun
demikian, janganlah kita sebagai pendidik menempatkan posisi tugas perkembangan
ini sebagai suatu paksaan kepada remaja. Segalanya kembali kepada individu
tersebut, pada apakah ia telah menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tahap
sebelumnya dengan baik, dan pada hambatan-hambatan yang dialaminya saat
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya yang sekarang. Apabila kita
menganggap tugas-tugas perkembangan itu seperti PR yang harus diselesaikan
tepat waktu, dan penuh tekanan. Biarlah sang remaja menyelesaikan sendiri
tugas-tugas perkembangannya menurut caranya, sementara kita orang dewasa
membantunya bila ia menemui kesulitan dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya.
Seorang remaja dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan ke dalam tiga tahap secara
berurutan (Kimmel, 1995: 16).
Tahapan
yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan
terhadap keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif.
Hal ini karena remaja pada usia tersebut mengalami perubahan-perubahan fisik
yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan,
berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti
tumbuhnya rambut, payudara, panggul, dan sebagainya.
Tahapan
yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas
perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua,
terlibat dalam perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas
keintiman hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan heteroseksual,
pacaran dan masalah seksualitas.
Tahapan
yang ketiga adalah remaja akhir, di mana tugas
perkembangan utama bagi individu adalah mencapai kemandirian seperti yang
dicapai pada remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar
terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab,
mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya
juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.
Pada
umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa
dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Secara
teoritis, beberapa tokoh psikologi juga mengemukakan tentang batas-batas umur
remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan
secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa
peralihan.
Pada umumnya masa remaja dapat
dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18
tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari
akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
- Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun:
masa remaja awal. Cirinya:
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin-plan
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18
tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia
19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja.
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
- perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- mulai menyadari akan realitas
- sikapnya mulai jelas tentang hidup
- mulai nampak bakat dan minatnya
Setiap
tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan
psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar
pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul
pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul
dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di
tahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini merupakan berbagai tuntutan
psikologis yang muncul di tahap remaja, berdasarkan pengalaman penulis selama
menjadi pendidik.
1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya
secara efektif
Sebagian
besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh
tertentu. Misalnya si Dewi merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film,
maka Dewi akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Dewi
yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Mungkin Dewi akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga
lama-kelamaan Dewi tidak memiliki teman, dan sebagainya.
2. Remaja
dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
Usaha
remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku
“pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini
sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di
rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah.
Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari
luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang
senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas
perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga
dilakukan remaja terhadap orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang
tua’, guru misalnya.
3. Remaja
mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada
masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan.
Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah
mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses
memasuki tahap perkembangan ini. Ada
sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya
sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam
perkembangan remaja tersebut.
4. Mengetahui dan menerima
kemampuan sendiri
Banyak
remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai
kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang
kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya
sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja
akan menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan
sampai tua sekalipun).
5. Memperkuat penguasaan diri atas
dasar skala nilai dan norma
Skala
nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan
orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari
bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya
akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “aku” ?,
sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan
dalam dirinya. Maka penting bagi orang tua dan orang-orang ‘yang dianggap
sebagai pengganti orang tua’ untuk mampu menjadikan diri mereka sendiri sebagai
idola bagi para remaja tersebut.
Selain berbagai tuntutan psikologis
perkembangan diri, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja,
antara lain:
- Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
- Emosinya tidak stabil
- Perkembangan Seksual sangat menonjol
- Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
- Terikat erat dengan kelompoknya
Dengan
mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia
remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami
hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan
dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja
akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Permasalahan
yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan
pendidik tentang baerbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku mereka
seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan mereka.
Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra
produktif dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan
perkembangan diri para remaja tersebut. Sebuah PR yang panjang bagi orang tua
dan pendidik, yang menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap yang diambil
dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian,
diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi
yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya.
G.
PAI sebagai Upaya pemeliharaan dan pengembangan
fitrah manusia
Rasulullah SAW bersabda ; “
setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka tergantung kepada kedua orang
tuanyalah nasib anak itu, apakah akan dibina dengan kehidupan Yahudi, Nasrani
atau Majusi”. Memerhatikan hadist tersebut jelas bahwa agama berperan dominan
bagi terbentuknya individu melalui keluarga, lingkungan dan sekolah. Penanaman
nilai – nilai atau doktrin agama yang benar pada diri individu dari masa pra
konsepsi sampai lahir, menjadi anak – anak, remaja dan dewasa akan sangat
berpengaruh kepada prilaku, sikap, cara berkomonikasi, karakter dan kehidupan
masa depannya.
H.
Tindak lanjut pada penelitian dan pelatihan
Setiap individu berkembang
sesuai fitrahnya, baik secara fisik ( jasmani ) maupun secara psikis ( rohani
). Setiap perkembangan fisik yang terjadi pada diri individu juga berpengaruh
kepada perkembangan psikis. Oleh karenanya, bila lingkungan terdekat seperti
orang tua, guru dan sahabat dapat memberikan pengalaman belajar yang baik
terutama pada cara beragama, etika dan moral, bahasa, tingkah laku dan cara
hidup, maka akan berpengaruh baik pada perkembangan seorang anak. Sebaliknya,
bila lingkungan sekitarnya kurang baik, juga akan berdampak buruk bagi perkembangan
seorang anak dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, Psikologi Perkembangan, PT.
Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005
Syamsu Yusuf, LN, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2008
Lusi Nuryanti, Psikologi Anaka, PT.
Indeks, 2008
Robert W. Crapps, Perkembangan
Kepribadian dan Keagamaan, Kanisius, 1994
Langganan:
Postingan (Atom)