Sabtu, 09 November 2013

Pidato Bahasa Arab Terhebat 2013... Peneng Mari !

http://www.youtube.com/v/mHusgSxI2fs?version=3&autohide=1&feature=share&showinfo=1&attribution_tag=Y6DmBttZpJUzBunjYvhKgg&autoplay=1&autohide=1

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN









A.          Pengertian perkembangan



Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati[2]. Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebuh maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah,ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development)

Adapun perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, dengan kata lain penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Dalam mempelajai perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya pematangan fungsi kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat. Karena ketiga hal berkaitan erat dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai peserta didik kita. Dikarenakan apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seorang dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan ini belum tentu terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita bahagianya



Perkembangan (Development) merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia. Akhmad Sudrajat : 2008, memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya[3] atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.”

            Seorang individu mengalami perkembangan sejak masa konsepsi, serta akan berlangsung selama hidupnya. “Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak2, dan dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup.”( Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS (K). : 2008 ). Maka dengan kata lain dapat kita artikan bahwa sepanjang hidup kita merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi perkembangan (development), pertumbuhan (growth) serta kamatangan (maturation) baik fisik maupun psikis. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan. Proses ini terjadi dalam diri manusia secara bertahap dan memiliki fase – fase tertentu yang menjadi acuan proses perkembangan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, fase perkembangan dibagi menjadi 6 fase yaitu ; Fase Oral atau mulut yang merupakan sentral pokok keaktifan yang dinamis, Fase Anal, Fase Falis atu alat kelamin, Fase Latent, Fase Pubertas dan Fase Genital atau proses menginjak kedewasaan.



B.     Konsep Dasar Perkembangan

Konsep dasar perkembangan adalah perubahan – perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya ( maturation ) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik ( jasmaniyah ) maupun psikis ( rohaniyah ). Yang dimaksud dengan sistematis, progresif dan berkesinambungan adalah sebagai berikut ;

1.      Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagisn – bagian organisme ( fisik atau psikis ) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contohnya, kemampuan berjalan anak seiring dengan matangnya otot – otot kaki, dan keinginan remaja memperhatikan lawan jenis seiring dengan matangnya organ – organ seksualnya.

2.      Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam ( meluas ) baik secara kuantitatif ( fisik ) maupun kualitatif ( psikis ). Contohnya, seperti terjadinya perubahan proporsi dan ukuran fisik ( dari pendek menjadi tinggi dan dari kecil menjadi besar ) serta perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang sederhana sampai kepada yang komplek ( dari mengenal abjad atau huruf sampai bisa membaca buku, Koran, majalah dan al-quran ).

3.      Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat – loncat. Contohnya untuk dapat berdiri, seorang anak harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu kemampuan duduk dan merangkak.

C.    Fase – Fase  Perkembangan

Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai cirri – cirri khusus atau pola – pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah pembabakan atau priodisasi perkembangan ini, para ahli berbeda pendapat. Pendapat – pendapat itu secara garis besarnya dapat gigolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan biologis, didaktis dan psikologis.

a.       Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis.

Para ahli menentukan pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu, atau berdasarkan gejala perkembangan jasmani ( fisik ). Dibawah ini disajikan beberapa pendapat, antara lain ;

TAHAPAN
ARISTOTELES
KRETCMER
ELIZABETH HURLOCK
Tahap I
0 s.d. 7 tahun ( masa anak kecil atau masa bermain
0 s.d. 3 tahun ( anak kelihatan pendek gemuk )
Fase Pranatal ( masa konsepsi atau proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan.
Tahap II
7 s.d. 14 tahun ( masa anak, masa sekolah rendah )
3 s.d. 7 tahun ( anak kelihatan langsing, memanjang dan meninggi )
Infancy ( orok ), mulai lahir s.d. 10 tahun 14 hari.
Tahap III
14 s.d. 21 tahun ( masa remaja / pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa.
7 s.d. 13 tahun (anak kelihatan pendek gemuk kembali )
Babyhood ( bayi ) 2 minggu s.d. 2 tahun
Tahap IV

13 s.d. 20 tahun ( anak kembali kelihatan langsing )
Childhood ( kanak – kanak ) 2 tahun s.d. remaja
Tahap V


Adoselen/Puberty ( 11 atau 13 tahun s.d. usia 21 tahun ) masa perkembangan terkhir sampai masa kuliah di perguruan tinggi

b.      Tahap perkembangan berdasarkan didaktis

      Dasar didaktis atau instruksional yang digunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan : 1) Apa yag harus diberikan kepada anak didik pada masa – masa tertentu ? 2) Bagaimana caranya mengajar atau menyajikan pengalaman belajar kepada anak didik pada masa – masa tertentu ? 3) Kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan. Yang dapat digolongkan ke dalam penahapan berdasarkan didaktis atau instrusional antara lain pendapat dari Cimenius dan Resseau.

1)      Comenius. Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang, yaitu a) Sekolah Ibu ( Scole Materna ), untuk anak – anak usia 0,0 s.d. 6 tahun, b ) Sekolah Bahasa Ibu ( Scole Vernaculan ), untuk anak usia 6 s.d. 12 tahun, c) Sekolah Latin ( Scole Latina ), untuk pemuda – pemudi usia 18 s.d. 24 tahun. Pada setiap sekolah itu harus diberikan bahan pengajaran ( bahasa pendidikan ) yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dan harus dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya.

2)      Rosseau. Penahapan perkembangan menurut Resseau adalah sebagai berikut ;

Tahap I            : 0.0 s.d. 2 tahun, usia asuhan

Tahap II          : 2 s.d. 12 tahun, masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra

Tahap III         : 12 s.d. 15 tahun, priode pendidikan akal

Tahap IV         : 15 s.d. 20 tahun, priode pendidikan watak dan pendidikan agama.

c.       Tahap perkembangan berdasarkan psikologis

Para ahli yang menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman –pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat digunakan sebagai perpindahan dari fase yang satu ke fase yang lain dalam perkembangannya. Dalamhal ini para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa – masa kegoncangan. Apabila perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evolusi, maka pada masa kegoncangan itu evolusi berubah menjadi revolusi.

Kegoncangan psikis itu hampir dialami hampir oleh semua orang. Karena itu, dapat digunakan sebagai ancar – ancar perpindahan dari masa yang satu ke masa yang lain dalam proses perkembangan. Selama masa perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu a) pada kira – kira tahun ketiga atau kkeempat, dan b) pada permulaan masa pubertas.

Berdasarkan dua masa kegoncangan  tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewaati tiga priode atau masa, yaitu ; 1) dari lahir sampai masa kegoncangan pertama ( tahun ketiga atau keempat ) yang biasa disebut masa kanak – kanak, 2) dari masa kegoncangan pertama sampai pada masa kegoncangan kedua yang biasa disebut masa keserasian bersekolah, dan 3) dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan.

D.    Fase – fase perkembangan individu.

Fase perkembangan individu dibagi dalam empat tahapan, yaitu ;

1.      Masa usia pra sekolah. Pada masa ini dapat diperinci lagi menjadi dua masa, yaitu a) masa vital, masa dimana individu menggunakan fungsi – fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dal dunianya, dan b) masa estetik, yaitu masa yang dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan.

2.      Masa usia sekolah dasar. Pada masa ini seringkali disebut sebagai masa keserasian bersekolah.

3.      Masa usia sekolah menengah. Pada masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat – sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalm masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu 1) masa pra remaja ( remaja awal ). Masa ini ditandai dengan sifat – sifat negative pada diri remaja karena munculnya gejala tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya, 2) masa remaja ( remaja madya ), dimana pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan dapat menolongnya, yaitu teman yang dapat merasakan suka dan dukanya, 3) masa remaja akhir, yaitu masa dimaja remaja sudah dapat menentukan pendirian hidupnya dan telah terpenuhinya tugas – tugas perkembangan masa remaja.

4.      Masa usia kemahasiswaan.

Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18.0 sampai 25.0 tahun. Mereka dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya. Dilihat dari segi perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.

E.     Aspek Aspek Perkembangan

Aspek – aspek perkembangan ini meliputi ; fisik, intelegensi ( kecerdasan ), emosi, bahasa, social, kepribadian, moral dam kesadaran beragama.

1.      Perkembangan fisik. Kuhlen dan Thompson ( Hurlock, 1956 ) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu 1) system syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi, 2) otot – otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, 3) kelenjar endoktri, yang menyebabkan munculnya pola – pola tingkah laku baru, dan 4) struktur fisik tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.

2.      Perkembangan Intelegensi, suatu perkembangan pada diri invidu yang tidak bersifat kebendaan, melainkan suatu fisik ilmiah untuk mendeskripsikan prilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.

3.      Perkembangan Emosi, yaitu perkembangan keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motorik.

4.      Perkembangan bahasa, yaitu perkembangan kemampuan berkomonikasi dengan orang lain. Dalam hal tercakup semua cara untuk berkomonikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambing atau symbol untuk mengungkapkan sesuatu.

5.      Perkembangan Sosial, yaitu perkembangan dimana seseorang mencapai kematangan dalam hubungan social. Dapat juga dikatakan sebagai sebagai proses belajar menyesuaikan diri terhadap norma – norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomonikasi dan saling bekerjasama.

6.      Perkembangan Kepribadian, yaitu perkembangan diri individu yang sifatnya personal atau aktualisasi diri yang tergambar pada penilaian pihak lain terhadap diri seseorang, baik dari sikap, tingkah laku, gaya berbicara, karakter dll.

7.      Perkembangan moral, yaitu perkembangan diri terhadap penerimaan pada adat istiadat, peraturan, nilai – nilai dan kemampuan untuk menerima dan melaksanakan peraturan, nilai – nilai atau prinsip – prinsip moral.

8.      Perkembangan Kesadaran Beragama, yaitu perkembangan kesadaran individu terhadap adanya kekuatan lain selain dirinya dan munculnya kesadaran untuk berlabuh menyandarkan segala harapan, perjuangan dan cita serta keinginan untuk bertuhan. Jiwa beragama atau kedaran beragama ini merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan kedalam peribadatan kepada-Nya.

F.     Tugas-tugas perkembangan berdasar tahapan perkembangan dan PAI

Salah satu prinsip perkembangan bahwa setiap individu akan mengalami fase perkembangan tertentu, yang merentang sepanjang hidupnya. Pada setiap fase perkembangan ditandai dengan adanya sejumlah tugas-tugas perkembangan tertentu yang seyogyanya dapat dituntaskan.

Tugas–tugas perkembangan ini berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang seyogyanya dikuasai sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Havighurst (Abin Syamsuddin Makmun, 2009) memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa: “A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task”..

Tugas perkembangan individu bersumber pada faktor–faktor:  (1) kematangan fisik;  (2) tuntutan masyarakat secara kultural; (3) tuntutan dan dorongan dan cita-cita individu itu sendiri; dan  (4) norma-norma agama.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dikemukakan rincian tugas perkembangan dari setiap fase menurut  Havighurst.

TUGAS PERKEMBANGAN SECARA UMUM

1. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal (0,0–6.0)

  • Belajar berjalan pada usia 9.0 – 15.0 bulan.
  • Belajar memakan makanan padat.
  • Belajar berbicara.
  • Belajar buang air kecil dan buang air besar.
  • Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
  • Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
  • Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
  • Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain.
  • Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan pengembangan kata hati.

2. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir dan Anak Sekolah (6,0-12.0)

  • Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
  • Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
  • Belajar bergaul dengan teman sebaya.
  • Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
  • Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
  • Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
  • Mengembangkan kata hati.
  • Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
  • Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12.0-21.0)

  • Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
  • Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
  • Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
  • Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
  • Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
  • Memilih dan mempersiapkan karier.
  • Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
  • Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
  • Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
  • Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.

4. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal

  • Memilih pasangan.
  • Belajar hidup dengan pasangan.
  • Memulai hidup dengan pasangan.
  • Memelihara anak.
  • Mengelola rumah tangga.
  • Memulai bekerja.
  • Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
  • Menemukan suatu kelompok yang serasi.

Sementara itu, Depdiknas (2003) memberikan rincian tentang tugas perkembangan masa remaja untuk usia tingkat SLTP dan SMTA, yang dijadikan sebagai rujukan Standar Kompetensi Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah,  yaitu :

1. Tugas Perkembangan Tingkat SLTP

  • Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  • Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis  terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
  • Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya  dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
  • Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas.
  • Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
  • Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau  mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat.
  • Mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
  • Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.

2. Tugas Perkembangan Peserta didik SLTA

  • Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya    sebagai pria dan wanita.
  • Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat
  • Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
  • Mencapai kematangan dalam pilihan karir
  • Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
  • Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
  • Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni.
  • Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

TUGAS -TUGAS PERKEMBANGAN KHUSUS REMAJA

Setiap fase perkembangan memiliki tugas-tugas perkembangan. Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan pengharapan atas apa yang akan diakukan oleh seseorang pada masa perkembangannya. Tugas-tugas ini bersifat normatif, on time, dan diharapkan serta diantisipasi oleh individu. Havighurst (Kimmel, 1995: 15) menawarkan suatu konsep tugas perkembangan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau fungsi yang diharapkan dapat dicapai oleh individu pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai sebelum seorang individu melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya. Apabila seorang individu gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya, maka ia akan sulit untuk memenuhi tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal melaksanakan tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut. Dengan memahami tugas-tugas perkembangan remaja, maka kita sebagai seorang pendidik atau seorang dewasa yang terlibat dalam penanganan masalah remaja dapat memotivasi remaja dan menolong remaja memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Walaupun demikian, janganlah kita sebagai pendidik menempatkan posisi tugas perkembangan ini sebagai suatu paksaan kepada remaja. Segalanya kembali kepada individu tersebut, pada apakah ia telah menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tahap sebelumnya dengan baik, dan pada hambatan-hambatan yang dialaminya saat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya yang sekarang. Apabila kita menganggap tugas-tugas perkembangan itu seperti PR yang harus diselesaikan tepat waktu, dan penuh tekanan. Biarlah sang remaja menyelesaikan sendiri tugas-tugas perkembangannya menurut caranya, sementara kita orang dewasa membantunya bila ia menemui kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.

Seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel, 1995: 16).

Tahapan yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada usia tersebut mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut, payudara, panggul, dan sebagainya.

Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan masalah seksualitas.

Tahapan yang ketiga adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan utama bagi individu adalah mencapai kemandirian seperti yang dicapai pada remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.

Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.

Secara teoritis, beberapa tokoh psikologi juga mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan.

Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun

a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:

  • Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
  • Anak mulai bersikap kritis

b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:

  • Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
  • Memperhatikan penampilan
  • Sikapnya tidak menentu/plin-plan
  • Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:

  • Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
  • Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria

2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun

Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:

  • perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
  • mulai menyadari akan realitas
  • sikapnya mulai jelas tentang hidup
  • mulai nampak bakat dan minatnya

Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini merupakan berbagai tuntutan psikologis yang muncul di tahap remaja, berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi pendidik.

1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif

Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Dewi merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Dewi akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Dewi yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Dewi akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Dewi tidak memiliki teman, dan sebagainya.

2. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua

Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga dilakukan remaja terhadap orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’, guru misalnya.

3. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin

Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam perkembangan remaja tersebut.

4. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).

5. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “aku” ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya. Maka penting bagi orang tua dan orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’ untuk mampu menjadikan diri mereka sendiri sebagai idola bagi para remaja tersebut.

Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:

  • Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
  • Emosinya tidak stabil
  • Perkembangan Seksual sangat menonjol
  • Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
  • Terikat erat dengan kelompoknya

Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.

Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang baerbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra produktif dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Sebuah PR yang panjang bagi orang tua dan pendidik, yang menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap yang diambil dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian, diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya.



G.    PAI sebagai Upaya pemeliharaan dan pengembangan fitrah manusia

      Rasulullah SAW bersabda ; “ setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka tergantung kepada kedua orang tuanyalah nasib anak itu, apakah akan dibina dengan kehidupan Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Memerhatikan hadist tersebut jelas bahwa agama berperan dominan bagi terbentuknya individu melalui keluarga, lingkungan dan sekolah. Penanaman nilai – nilai atau doktrin agama yang benar pada diri individu dari masa pra konsepsi sampai lahir, menjadi anak – anak, remaja dan dewasa akan sangat berpengaruh kepada prilaku, sikap, cara berkomonikasi, karakter dan kehidupan masa depannya.



H.    Tindak lanjut pada penelitian dan pelatihan

Setiap individu berkembang sesuai fitrahnya, baik secara fisik ( jasmani ) maupun secara psikis ( rohani ). Setiap perkembangan fisik yang terjadi pada diri individu juga berpengaruh kepada perkembangan psikis. Oleh karenanya, bila lingkungan terdekat seperti orang tua, guru dan sahabat dapat memberikan pengalaman belajar yang baik terutama pada cara beragama, etika dan moral, bahasa, tingkah laku dan cara hidup, maka akan berpengaruh baik pada perkembangan seorang anak. Sebaliknya, bila lingkungan sekitarnya kurang baik, juga akan berdampak buruk bagi perkembangan seorang anak dikemudian hari.





DAFTAR PUSTAKA



            Desmita, Psikologi Perkembangan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005



            Syamsu Yusuf, LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2008



            Lusi Nuryanti, Psikologi Anaka, PT. Indeks, 2008



            Robert W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, Kanisius, 1994







[1]  Mahasiswa Semester 3 Program Pascasarjana, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Bengkulu, Program Studi Pendidikan Agama Islam ( PAI ).

[2]  Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan  Anak dan Remaja, PT. Rosda Karya, Bandung 2009, hal 3.


[3]  Desmita, Psikologi Perkembangan, PT. Rosda Karya, Bandung 2005, hal 3