Kamis, 16 Januari 2014

PENDIDIKAN KARAKTER, PERLUKAH?




Pendidikan Karakter, Perlukah?

Oleh ; AH.Mansur,SE,M.Pd.I


A.      Pendahuluan

Koran Harian Republika, tanggal 23 Juni 2012 lalu, merilis hasil survei Fund for Peace (FFP) yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke 63 sebagai Indeks Negera Gagal. Factor yang menyebabkan Indonesia berada pada peringkat Negara gagal antara lain karena belum menurunnya angka korupsi, tawuran antar pelajar dan kekerasan yang dipicu oleh masalah sentimen keagamaan. Versi lain menyebutkan bahwa ada tiga hal yang membuat Indonesia tetap bertahan dalam Indeks Negara Gagal; Pertama adalah tekanan demografis, yaitu tekanan yang terjadi karena masalah degradasi lahan serta tergusurnya warga karena masalah lingkungan. Kedua, ketidakpuasan kelompok yang menyebabkan bergulirnya banyak aksi demonstrasi serta kekerasan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Yang ketiga masalah tekanan sosial akibat melebarnya jurang antara yang kaya dan yang miskin.

Peringkat Indonesia di Indeks Negara Gagal naik dari peringkat 64 ke 63. Hal itu berarti buruk karena semakin kecil peringkat negara di indeks tersebut berarti negara itu dalam perjalanan menjadi negara gagal. Dalam Index Negara Gagal (Failed State Index (FSI) 2012 yang dipublikasikan di Washington DC, Amerika Serikat, Indonesia menduduki peringkat ke-63 dari 178 negara. Dalam kategori tersebut, Indonesia masuk kategori negara-negara yang dalam bahaya (in danger) menuju negara gagal.

Tahun lalu, Indonesia menempati peringkat ke-64 dari 177 negara. Artinya, kondisi di Indonesia sepanjang satu tahun terakhir dipandang memburuk dibandingkan periode sebelumnya. Peringkat satu di Indeks Negara Gagal masih ditempati oleh Somalia dan Republik Demokratis Kongo di posisi dua.

Media elektronik KOMPAS.com, merilis hasil survey Transparency International mengenai Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index) tahun 2011. Dalam survei yang dilakukan terhadap 183 negara di dunia tersebut, Indonesia menempati skor CPI sebesar 3,0, naik 0,2 dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,8. Namun, lompatan skor Indonesia dari 2,8 pada tahun 2010 dan 3,0 tahun 2011 bukanlah pencapaian yang signifikan karena Indonesia sebelumnya telah menargetkan mendapatkan skor 5,0 dalam CPI 2014 mendatang.

Hasil survei tersebut berdasarkan penggabungan hasil 17 survei yang dilakukan lembaga-lembaga internasional pada 2011. Rentang indeks berdasarkan angka 0-10. Semakin kecil angka indeks menunjukkan potensi korupsi negara tersebut cukup besar. Sementara dalam indeks tersebut Indonesia berada di peringkat ke-100 bersama 11 negara lainnya yakni Argentina, Benin, Burkina Faso, Djobouti, Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Tome & Principe, Suriname, dan Tanzania. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, skor Indonesia berada di bawah Singapura (9,2), Brunei (5,2), Malaysia (4,3), dan Thailand (3,4).

Disamping itu, potret buram kehidupan bangsa diperparah oleh pergaulan bebas para pemudanya yang suka tawuran, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas dan budaya ketidakteraturan; seperti lemahnya budaya antri, membuang sampah sembarangan, menerobos lampu merah, dan budaya buruk lainnya.

Agus Wibowo dalam bukunya, “ Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Bangsa Berperadaban”, menyampaikan sebuah hasil survey yang sangat mencengangkan, bahwa satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen diantaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Hasil penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) bandung, yang dilakukan antara tahun 2000-2002 mendapatkan remaja yang melakukan sek pranikah 72,9 persen hamil, dan 91,5 persen diantaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali.

Indikasi gagalnya Negara juga disumbang oleh maraknya tawuran massal antar pelajar, yang dari tahun ke tahun bukan berkurang, tapi malah sebaliknya, meningkat. Data Komnas Perlindungan Anak menunjukkan jumlah tawuran pelajar pada 2011 mencapai 339 kasus dan memakan korban tewas 82 orang. Jumlah itu meningkat 165% dari 128 kasus pada tahun sebelumnya. Insiden terakhir terjadi Kamis, 3 Mei 2012 sekitar pukul 18.30 WIB di Jalan Ampera, Bekasi Timur. Tawuran pelajar dua SMK di Jakarta Timur itu mengakibatkan seorang pelajar tewas dan dua lainnya luka serius karena dibacok. Para pelajar itu baku hantam menggunakan celurit, parang, dan sabuk bergerigi besi di wilayah Bekasi.

Lebih mencengangkan lagi Prof.Elfindri,SE,MA, dkk, merilis dalam bukunya; “Pendidikan Karakter”, antara lain sebagai berikut ;

1.      Sepanjang tahun 2004-2011, kementerian dalam negeri mencatat sebanyak 158 kepala daerah yang terdiri atas Gubernur, bupati dan wali kota tersangkut korupsi.

2.      Sedikitnya 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011.

3.      Tiga Puluh Anggota DPR Priode 1999-2004 dari 4 parpol terlibat kasus dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.

4.    Kasua korupsi terjadi di sejumlah institusi, seperti KPU, Komisi Yudisial, KPPU, Ditjen Pajak, Bank Indonesia dan BKPM.

5.   Sepanjang 2010, Mahkamah Agung menjatuhkan sanksi kepada 107 hakim, baik berupa pemberhentian maupun teguran. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 78 hakim. Dan sebanyak 294 polisi sudah dipecat.

6. Tawuran antar warga pada tahun 2010-2011 terjadi antara lain di Bekasi, Cirebon, Boolang Mangondow.

7.  Plagiat terjadi di sejumlah perguruan tinggi, antara lain Bandung, Gorontalo, Yogyakarta, Jakarta dan lainnya.

8.    Komnas Anak mencatat kasus kekerasan terhadap anak tahun 2009 meningkat menjadi 1736 dibandingkan tahun sebelumnya. Terjadi kenaikan sekitar 62,7%.

9.    Komnas Perempuan mengungkap kasus kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2008 mencapai 54.425 kasus, naik sebesar 213% dibandingkan tahun 2007.

10.  Anak SD yang jujur diserang oleh temannya se kelas, dan dia bersama orang tuanya juga dikucilkan oleh masyarakat setempat. Terjadi kasusnya di Surabaya dan Jakarta Selatan.

11.  Para guru yang mencontek massal ketika ujian untuk mendapatkan sertifikasi. Kasus tersebut juga terjadi pada dosen dan calon guru besar yang mengajukan kelengkapan untuk kenaikan pangkat.

 B.       Upaya Membangun Karakter Bangsa

Berangkat dari persoalan-persoalan diatas, seorang alumnus IPB yang concern terhadap dunia pendidikan, anak dan perempuan; Ratna Megawangi, mencetuskan konsep pendidikan holistic berbasis karakter. Menurutnya ada Sembilan (9) pilar karakter yang harus dibangun, yakni karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran dan amanah, diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong atau kerjasama, percaya diri dan pekerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati, toleransi, kedamaian dan kesatuan.

Istilah pendidikan karakter ini semakin mengkristal setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhammad Nuh dalam pidatonya pada hari pendidikan Nasional 2011, menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai upaya pembangunan karakter bangsa.

Usaha-usaha untuk membangun moral dan karakter bangsa secara historis sesungguhnya telah dilakukan oleh para pendiri bangsa ini. Di era pra-kemerdekaan pendidikan karakter dikenal dengan pendidikan budi pekerti. Di dalamnya peserta didik diajari asas-asas moral, etika dan etiket yang melandasi sikap dan tingkah laku dalam pergaulan sehari – hari. Setelah Indonesia memasuki era demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno pada awal 1960-an pendidikan kewarganegaraan muncul dalam bentuk indoktrinasi. Pada masa pemerintahan orde baru yang dipimpin Soeharto, indoktrinasi itu berganti dengan penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang bukan saja sebagai pelajaran wajib, tetapi juga penataran wajib.

Upaya pembentukan karakter bangsa melalui mata pelajaran berlebel pancasila ini terus dilakukan dengan pendekatan indoktrinasi sampai pada awal dasawarsa 90-an. Upaya indoktrinasi melalui pelajaran PMP, PPKn dan PKn terhenti seiring bergulirnya era Reformasi. Lahirlah bentuk baru dari pendidikan karakter ini dalam bentuk pendidikan budi pekerti yang terintegrasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2000-an.

Melihat sejarah panjang perjuangan para pendiri bangsa ini dalam membangun karakter bangsa yang beretika, bermoral, berkeadaban dalam bingkai nilai luhur bangsa Indonesia yang tercermin dalam pancasila, maka tidak sepatutnya generasi penerus bangsa ini berdiam diri dan berpangku tangan dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Hancurnya tata nilai dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara harus dibangun kembali, harus diperjuangkan kembali.

C.      Dilematika Pendidikan Karakter Dalam Islam

Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw membawa nilai-nilai universal, agung dan mulia. Bukan hanya diperuntukkan bagi ummat yang menganut ajarannya  saja, tetapi kehadiran Islam juga diperuntukkan bagi seluruh ummat manusia. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt, dalam firman-Nya dalam surat al-Ambiya’ ayat 107;



Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (al-Ambiya’:107).

Islam membawa ajaran yang sangat concern terhadap pembangunan nilai, pembentukan karakter, moral dan etika, yang dalam istilah Islam lebih dikenal dengan kata ‘akhlak’. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw ;

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak

Coba perhatikan bagaimana Islam membangun nilai – nilai melalui ajarannya. Seperti misalnya sabda Nabi Saw; “ apabila kamu memasak kuah, maka banyakkanlah airnya dan bagikan kepada tetanggamu”. Hadist yang lain; “barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya”, dalam hadist yang lain, “maka muliakanlah tetangganya”. Islam juga mengajarkan kebersihan sebagaimana dalam hadist, “kebersihan itu sebagian dari iman”. Islam menganjurkan shadaqah, zakat dan infaq, Islam mengajarkan belajar sepanjang hayat, Islam mengajarkan sabar, tawaddu’, tawakkal, qana’ah, dan lain-lain.

Sayangnya dalam implementasi sehari – hari ummat Islam sendiri tidak merepresentasikan nilai-nilai luhur ajaran Islam itu sendiri. Hal-hal yang terjadi justru sebaliknya, ummat muslim cenderung meninggalkan ajaran Islam yang mulia itu, seperti tidak sabar menerobos lampu merah, tidak memiliki tradisi dan budaya antri, tidak bersih lingkungan, buang sampah sembarangan, kencing berdiri di sembarang tempat, berkata-kata jorok, kikir dan pelit untuk kebaikan tetapi royal dalam saweran, dan yang sangat miris sekali umat Islam lebih percaya menitipkan pendidikan anaknya ke lembaga non muslim.

 D.      Bagaimana Seharusnya

Ketika umat Islam berada di persimpangan jalan, antara melaksanakan ajaran al-Qur’an yang mulia dengan melihat paradoksi implementasi ajaran di lapangan oleh umat muslim, maka membangun sinergitas keyakinan dan penanaman aqidah menjadi sangat penting perannya. Melihat sejarah bagaimana Nabi Muhammad Saw membangun peradaban di tengah-tengah kaum jahiliyah yang jahil, amoral dan tidak beradab menjadi berkeadaban dengan ajaran Islam. Menelaah bagaimana Islam pada masa dinasti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan Turki Usmaniyah, menjadi imperium raksasa dan menjadi pusat peradaban dunia dengan ajaran Islam.

Melihat itu semua, seyogyanya umat Islam kembali ke pangkuan Islam dengan sebenar-benarnya kembali. Kembali yang kaffah, yang untuh dari mulut sampai ke hati, dari tindakan lahiriyah sampai kepada tindakan bathinyah. Kembali yang tidak sekedar pada pengakuannya secara lisan, tetapi lebih pada melaksanakan ajarannya.

  E.       Penutup

Bila melihat gejala kebankrutan moral sebagaimana dipaparkan diatas, menjadi wajib bagi semua warga Negara, bagi senua ummat Islam dan siapapun juga untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, budi pekerti yang dalam Islam dikenal dengan kata ‘akhlak’ pada setiap fase kehidupan anak. Terutama pada fase anak-anak, karena pada masa itu anak-anak lebih mudah mencerna dan menerima apa saja yang didengarnya, dirasakannya dan dilihatnya. Tentunya lingkungan keluarga memiliki peran paling besar dalam pembentukan karakter seorang anak. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw ;

 “ Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka tergantung kepada kedua orang tuanya, apakah anak itu akan dibentuk menjadi Yahudi, Majusi dan atau Nashrani”.



Penulis adalah Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhaar Lubuklinggau dan kandidat Doktor Pendidikan Islam pada Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor.














Senin, 13 Januari 2014

DAFTAR AGIHAN MATA PELAJARAN MA. DARUL ISHLAH TA. 2013/2014 SEMESTER GENAP

DAFTAR AGIHAN MATA PELAJARAN SEMESTER 2
MA. DARUL ISHLAH LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
KELAS
MATA PELAJARAN
I EXP
Sosiologi 1
Ekonomi 1
Biologi
Fisika
Matematika 1 (Pendalaman)
Bahasa Inggris 1 (Pendalaman)
Bahasa Arab 2
Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 (Tareh Islam )
Al-Qur’an Wa Ulumuhu 2  (Tajwid dan Tahfidz)
Kutub al-Turats (Taklimul Muta’allim & Sullam at-Taufiq )
Internalisasi Karakter (Sikap Religius)
Syarat Kecakapan Ibadah Amaliyah (SKIA)
IV
Sosiologi 1
Ekonomi 1
Biologi
Fisika
Matematika 1 (Pendalaman)
Bahasa Inggris 1
Tarbiyah 1
Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 ( Tareh Islam - Bani Umayyah )
Al-Qur’an Wa Ulumuhu 2  (Tajwid dan Tahfidz)
Kutub al-Turats (Bidayatul Hidayah )
Internalisasi Karakter (Sikap Religius)
Syarat Kecakapan Ibadah Amaliyah (SKIA)
III EXP
Akuntansi
Bahasa Inggeris 2
Bahasa Indonesia 2
Matematika 2
Pendidikan Agama Islam (PAI)1 (Tafsir-Hadits Tematik)
Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 (Tareh Islam Khulafaurrasyidin)
Tarbiyah 2
An-Nahwu wa as-Sharfu 2
Kutub al-Turats (Kifayatul Adzkiya’)
Organisasi Santri
Information and Communication Technology (DisainsGrafish)
Internalisasi Karakter (Kepemimpinan)
V
Akuntansi
Bahasa Inggeris 2
Bahasa Indonesia 2
Matematika 2
Pendidikan Agama Islam (PAI) 4 (Tauhed 2)

Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 (Bani Abbasiyah)
Tarbiyah 2
An-Nahwu wa as-Sharfu 2
Kutub al-Turats (Nashoihul Ibad)
Organisasi Santri
Information and Communication Technology (DisainsGrafish)
Internalisasi Karakter (Kepemimpinan)
VI
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggeris
Matematika
Sosiologi
Ekonomi
Geografi
An-Nahwu wa As-Sharfu (Praktik baca kitab dan pendalaman)
Kutub al-Turats (Ihya’ Ulumuddin /Daqoiqul Akhbar)
SKKA
Amaliyatu at-Tadris
Khidmah Tarbawiyah
Internalisasi Karakter (Konsep Karakter Ibadah dan Kepemimpinan)
Rihlah Tarbawiyah wal Iqtishodiyah
Khutbatul Wada’
Oto Biografi
Information and Communication Technology (Word, Exel dan Power Point)

Keterangan :
-         *  Seluruh santri wajib mengisi KRS
-         *  Jadwal tatap muka disesuaikan dengan kebutuhan santri (tidak ada pemisahan waktu antara putra dan  putri)
-         *  Santri dianjurkan melakukan uji kompetensi harian
-         *  Dianjurkan santri melakukan e-learning by video call dengan guru mata pelajaran setiap malam ba’da 
         makan malam.
-          * Santri dilarang mengakses facebook pada jam belajar. Bagi santri yang melanggar, notebook disita 
          selama satu minggu atau denda sebesar Rp. 50.000,-
-         *  Santri yang menyelesaikan SK/KD nya terlebih dahulu, dianjurkan langsung mengikuti ujian 
         kompetensi tertutup dan ujian kompetensi terbuka tanpa harus menunggu jadwal yang tersedia.