Minggu, 09 Februari 2014

PENDEKAR SILAMPARI BERNAMA NAN-SUKO



PENDEKAR SILAMPARI BERNAMA NAN-SUKO
Oleh : AH. Mansur, SE. M.Pd.I

Pendahuluan
Dalam kamus bahasa Indonesia, kata pendekar dapat dimaknai sebagai “ orang yang pandai bersilat” atau “orang yang gagah berani”, atau “orang yang pandai bermain pedang”, atau orang yang memiliki kemampuan linuih diatas rata-rata kebanyakan orang”. Pendekar selalu saja dilekatkan dengan nama daerah dimana orang itu dilahirkan dan dibesarkan. Atau sering kali dilekatkan dengan kehebatannya dalam suatu keilmuan. Misalnya yang dikaitkan dengan nama daerahnya, “ pendekar tanah Pasundan, pendekar gua hantu, pendekar gunung Lawu dan lain-lain. Sedangkan pendekar yang dikaitkan dengan kemampuan ilmunya, misalnya; “ pendekar tangan seribu, pendekar tapak geni, pendekar samber gledek, dan lain-lain.
Nah, pendekar yang satu ini bolehlah disebut dengan; “Pendekar Silampari”. Hal ini cukup beralasan dengan melihat karya-karya pembangunan dan keberaniannya melakukan terobosan baru dalam dunia pemerintahan dan kepemimpinan. Penulis juga berani menyebutnya pendekar karena beliau (Nanan dan Sulaiman Kohar) merupakan satu dari sekian ribu pemimpin yang berani melakukan spekulasi besar dalam proyek pembangunan daerah, dengan kata lain berani mengambil resiko dengan perhitungan yang matang. Tapi apapun namanya, yang jelas semua proyek yang sedang beliau lakukan sangat berdampak kepada kemulyaan Kota Lubuklinggau dan kesejahteraan masyarakatnya
Kependekaran mengajarkan sifat-sifat kesatria, rasa tanggung jawab, kepedulian, kejujuran, amanah, welas asih dan cinta sesama. Falsafah Jawa mengajarkan, antara lain;
1.    Integritas. Menjaga Kejujuran. Artinya;“Seorang ksatria harus paham betul tentang yang benar dan yang salah, dan berusaha keras melakukan yang benar dan menghindari yang salah. Dengan cara itulah bushido biasa hidup.”
2.    Keberanian. Berani dalam menghadapi kesulitan.Artinya;“Pastikan kau menempa diri dengan latihan seribu hari, dan mengasah diri dengan latihan selama ribuan hari”.
3.    Kemurahan hati. Memiliki sifat kasih sayang. Artinya;“Jadilah yang pertama dalam memaafkan.”
4.    Menghormati. Hormat kepada orang lain.Artinya;“Apakah kau sedang berjalan, berdiri diam, sedang duduk, atau sedang bersandar, di dalam perilaku dan sikapmu lah kau membawa diri dengan cara yang benar-benar mencerminkan prajurit sejati.
5.    Kejujuran dan tulus-iklas. Bersikap Tulus dan Ikhlas.Artinya ;“Samurai mengatakan apa yang mereka maksudkan, dan melakukan apa yang mereka katakan. Mereka membuat janji dan berani menepatinya.” Perkataan seorang samurai lebih kuat dari pada besi.”
6.     Kehormatan. Menjaga kehormatan diri. Artinya;“Jika kau di depan publik, meski tidak bertugas, kau tidak boleh sembarangan bersantai. Lebih baik kau membaca, berlatih kaligrafi, mengkaji sejarah, atau tatakrama keprajuritan.”
7.    Loyal. Menjaga Kesetiaan kepada satu pimpinan dan guru. Artinya ;“Seorang ksatria mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melakukan pelayanan tugas.”
8.    Menghormati Orang Tua. Menghormati orang tua dan rendah hati.Artinya;“Tak peduli seberapa banyak kau menanamkan loyalitas dan kewajiban keluarga di dalam hati, tanpa prilaku baik untuk mengekspresikan rasa hormat dan peduli pada pimpinan dan orang tua, maka kau tak bisa dikatakan sudah menghargai cara hidup samurai.

Lubuklinggau Madani
Secara konvensional, kata "madani" dapat diartikan sebagai "kota". Tetapi secara ilmu kebahasaan, kata itu mengandung makna "peradaban". Dalam bahasa Arab, "peradaban" dinyatakan dalam kata "madaniyah" atau "tamaddun", atau sering disebut dengan  "hadharah". Rasulullah Saw mengubah nama Yastrib menjadi Madinah, pada hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar hendak mendirikan dan membangun mansyarakat beradab.
Upaya membangun peradabann itu dilakukan dengan tindakan konkret meletakkan dasar-dasar masyarakat madani, dengan menggariskan ketentuan hidup bersama dalam suatu dokumen yang dikenal sebagai piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah). Dalam dokumen itulah umat manusia untuk pertama kalinya diperkenalkan, antara lain, kepada wawasan kebebasan, terutama di bidang agama dan politik, khususnya pertahanan secara bersama-sama. Dan di Madinah itu pula, sebagai pembelaan terhadap masyarakat madani, Nabi dan kaum beriman diizinkan mengangkat senjata, perang membela diri dan menghadapi musuh-musuh peradaban.
Membangun masyarakat peradaban itulah yang dilakukan Nabi selama sepuluh tahun di Madinah. Beliau membangun masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis, dengan landasan takwa kepada Allah dan taat kepada ajaran-NYA. Taqwa kepada Allah dalam arti semangat ketuhanan Yang Maha Esa, yang dalam istilah umat Islam disebut sebagai semangat Rabbaniyah (QS Al-Imran:79) atau ribbiyah (QS Al-Imran:146). Inilah hablun min Allah, tali hubungan dengan Allah, dimensi vertikal hidup manusia, salah satu jaminan untuk manusia agar tidak jatuh ke lembah kehinaan dan kenistaan.
Masyarakat nan berbudi luhur, berakhlak mulia, berkeadaban, itulah yang disebut dengan masyarakat madani, "civil society". Robert N. Bellah, seorang sosiolog agama terkemuka menyebut “Masyarakat Madani” yang dibangun Nabi Muhammad Saw itu, sebagai masyarakat yang untuk zaman dan tempatnya sangat modern, bahkan terlalu modern, sehingga setelah nabi sendiri wafat suasana itu tidak bertahan lama. Timur tengah dan umat manusia saat itu belum siap dengan prasarana sosial yang diperlukan untuk menopang suatu tatanan sosial yang modern seperti dirintis Nabi. Lihat di; (RN Bellah Ed. Beyond Belief {New York : Harper & Row, edisi paperback, 1976} hh. 150-151.

Jurus Maut Bangun Silampari
Siapapun tahu bahwa kehadiran Nan–Suko (Prana Putra Sohe dan Sulaiman Kohar) pada awalnya dipandang sebelah mata. Ada pandangan under estimate oleh sebagian masyarakat “tidak akan mampu” membangun kota Lubuklinggau sebagaimana selogan-nya “Lubuklinggau Madani”, apalagi sampai melakukan terobosan-terobosan yang luar biasa. Terobosan yang sama sekali tidak dipikirkan dan diperkirakan oleh kebanyakan masyarakat.
Tapi sungguh sangat tidak diduga, ternyata Wali Kota kita ini kemudian mengeluarkan jurus mautnya berupa rencana mega proyek yang bila nanti proyek-proyek tersebut dapat terselesaikan pasti akan berdampak ekonomis, terutama pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Lubuklinggau. Beberapa mega proyek tersebut antara lain ;
1.        Pembangunan Water Park.
Masyarakat Lubuklinggau boleh berbangga dengan rencana pembangunan mega proyek “Water Park” ini. Karena pembangunan ini secara sosiologis akan membangun kebanggaan warga terhadap daerahnya. Disamping itu “Water Park” akan berdampak kepada bergerak dan berdayanya ekonomi kecil dan menengah serta bergelombangnya arus wisata domistik dan internasional. Kondisi ini akan mengakibatkan padatnya arus lalu lintas, baik darat maupun udara, padatnya hotel – hotel berbintang dan kelas ekonomi serta ramainya wisata restoran dan kuliner.
2.        Pembangunan SMK Terpadu.
Rencana pembangunan SMK Terpadu akan menyempurnakan beragam lembaga pendidikan yang sudah ada di Kota Lubuklinggau. SMK unggulan ini akan menyedot perhatian masyarakat kota Lubuklinggau dan sekitarnya, khususnya dalam bidang pendidikan. Disamping itu hadirnya lembaga pendidikan unggulan ini akan memberikan beragam pilihan kepada masyarakat bagi pendidikan putra – putrinya. Bila ada masyarakat luar kota Lubuklinggau bersekolah di SMK ini, tentu akan berdampak positif pada pengembang perumahan dan rumah – rumah kos atau rumah sewa. Proyek ini juga akan memberikan kontribusi signifikan bagi pergerakan ekonomi rakyat.
3.        Membuka Jalan Baru Sisi Bukit Sulap
Mega proyek pembukaan jalan lingkar sisi bukit Sulap yang dilaksanakan secara terpadu dengan renovasi Bukit Sulap sebagai icon dan taman wisata, merupakan kerja luar biasa dan penuh resiko. Sebab bila proyek ini berjalan lancar dan sukses, ia akan menjadi icon, menjadi lambang dan menjadi kebanggaan Kota Lubuklinggau. Seperti Bali bangga dengan pantai Kuta-nya, Serang bangga dengan pantai Pasir Putih-nya, Palembang dengan jembatan Ampera-nya, Yogyakarta dengan pantai Parang Teritis-nya, dengan Kraton-nya, dengan Malioboro-nya dan lain-lain. Maka masyarakat kota Lubuklinggau akan bangga dengan icon wisata Bukit Sulap-nya.
Tetapi resikonya yang harus ditanggung oleh pendekar bernama Nan-Suko adalah mengganti rugi lahan masyarakat yang terkena proyek, pembangunan darainase yang kuat mengingat pembangunan ini di sisi bukit, serta reboisasi hutan dan kebun masyarakat yang terkena dampak pembangunan jalan baru, termasuk normalisasi penataan lingkungan hutan, dimana Bukit Sulap termasuk TNKS yang dilindungi oleh undang – undang kehutanan.

4.        Renovasi Manjid Agung As-Salam
Masyarakat tahu bahwa masjid Agung As-Salam merupakan icon baru masjid Kota Lubuklinggau, menggantikan posisi masjid Agung Al-Bari. Masjid Agung As-Salam selain megah, indah dan berarsitektur ala Timur Tengah, ia juga berada di tengah – tengah kota, berdampingan dengan lapangan Merdeka. Lapangan yang selama ini menjadi tempat keramaian, baik pengajian, upacara, olah raga, event music nasional dan bahkan menjadi wisata kuliner bagi masyarakat, terutama muda – mudi.
Rencana wali kota menyulap masjid Agung As-Salam dan lapangan Merdeka menjadi sebuah wisata religi dan dibangun secara integral akan menjadi icon nasional. Dan tentunya akan mematrikan kebanggaan tersendiri bagi karya maha tinggi yang hanya bisa dicetuskan oleh seorang pemberani dan seorang pendekar sejati.
Karya-karya lainnya seperti; “kartu pintar, pembangunan kawasan industry dan pergudangan terpadu, pembangunan jalan lingkar luar, pembangunan pasar tradisional modern dan lain – lain, adalah karya pendukung yang akan membawa kota Lubuklinggau menuju kota “Madani”. Kota yang berkeadilan, berkesejahteraan, berkeadaban yang gemah ripah loh jenawi, toto tentrem kerto raharjo.

Jurus Mendobrak Skeptisisme
Pendekar Nan-Suko dalam gerak kepemimpinannya tidak melepaskan tokoh agama dan masyarakat sebagai mitra produktif dalam upaya menghimpun aspirasi umat. Ia dengan tak kenal lelah membentuk forum komunikasi, baik in-formal maupun non formal, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk melalui jalur pemerintahan, kekerabatan, keorganisasian dan usaha. Semua lini dibangun dalam rangka menggali aspirasi positif untuk pembangunan kota Lubuklinggau ke depan. Sehingga semua tokoh merasa dilibatkan dalam pembangunan kota.
Komunikasi dengan tokoh pemuda juga sangat intens dilakukan melalui organisasi – organiasasi seperti PMII, BKP-RMI, HMI dan organisasi pemuda lainnya. Khusus soal organisasi kepemuadaan ini kapabilitas beliau tidak diragukan karena beliau dilahirkan dari organisasi KNPI, tempat dimana beliau menempa diri dan menimba pengalaman berorganisasi.
Yang sangat mengagetkan adalah terbentuknya Dewan Masjid Indonesia (DMI). Ini diluar dugaan banyak orang karena beliau dalam stigma orang dianggap bukan orang masjid dan jauh dari kesan kemasjidan. Maka terbentuknya DMI menjadi sebuah sinyal kometmen kongkrit dari beliau untuk memperjuangkan visi-misi kota, sebagai kota “MADANI”, dan kometmen perubahan secara pribadi ke ranah kehidupan religious, sekaligus sebagai jawaban bil fi’li (tindakan nyata) bagi pihak – pihak yang meragukan beliau dalam hal kometmen keagamaan.

Nan-Suko Versus Jokowi-Ahok
Jokowi – Ahok di Jakarta menggugah masyarakat dengan proyek “blusukan” nya dan program kerakyatan yang terbukti dirasakan langsung oleh masyarakat. Pengalaman Jokowi membenahi pasar tradisional Solo tanpa kekerasan telah merambah ke Jakarta. Di Jakarta beliau berhasil membangun tata kelola parkir dan pedagang kaki lima di pasar Tanah Abang tanpa kekerasan. Kehebatannya dalam komunikasi dan kesederhanaannya telah menyentuh masyarakat untuk patuh dan tak berdaya melawan ketulusan hatinya. Beberapa programnya yang cerdas membelalakkan masyarakat Indonesia, seperti lelang jabatan, kartu pintar Jakarta, kartu sehat Jakarta, dan seabrek program pro rakyat lainnya.
Di Lubuklinggau, Nan-Suko tampil bukan dalam rangka memecahkan masalah – masalah masyarakat yang terjadi sebelumnya. Tapi justru membangun terobosan baru dari yang belum ada menjadi ada, dari yang tak terpikirkan menjadi kenyataan. Kebijakan ini tentu hanya dapat dilakukan oleh orang yang punya nyali dan keberanian, apalagi program – program yang dirancang adalah program berskala nasional dan internasional. Nah, disini Nan-Suko memiliki kesamaan dengan Jokowi – Ahok dalam motivasi kerja, tetapi berbeda dalam hal problem dan strategi.

Tangga Menuju Puncak
Bila Jokowi dengan program – program monumentalnya dengan sangat cepat diamini masyarakat Indonesia bahkan dunia, maka sudah selayaknya Nanan, termasuk juga wakilnya mendapatkan apresiasi yang sama dari masyarakat Indonesia. Hanya saja Nanan masih sangat terbatas dalam hal publikasi. Ini tentu akibat letak geografis Kota Lubuklinggau yang agak jauh dari sumber pemberitaan. Sementara Jakarta sebagai icon internasional, telah membantu Jokowi mendapatkan popularitas Cuma-Cuma dari berbagai media yang membuntutinya sehari – hari.
Tetapi bila kerja keras ini terus dilakukan secara istiqomah, maka bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti Nan-Suko akan memetik hasilnya sebagaimana Jokowi memulai karirnya dari sebuah kota kecil, di Jawa Tengah. Kita harus yakin, bila Lubuklinggau dengan beberapa gebrakan saja bisa menempatkan posisinya ke pentas nasional, maka seiring dengan itu tangga-tangga menuju ke puncak kesuksesan akan segera berlari ke pelukan, dan bersiaplah menjadi bintang masa depan.

Menggapai Sumatera Tengah Menjadi Propinsi
Jika mimpi masyarakat kota Lubuklinggau dan Musi Rawas menjadi kenyataan, membentuk propinsi baru bernama Sumatera Tengah (SUM-TENG), maka Nanan-lah yang paling berpeluang menangkap kesempatan itu, dengan alasan; 1) berpengalaman mengelola pemerintahan, 2) masih muda dan energik, 3) peduli rakyat, 4) pekerja keras, 5) mampu membangun komunikasi dengan semua kalangan, dan 6) sederhana serta bersahaja.
Penutup
Apa yang disampaikan oleh penulis ini adalah pendapat dan pandangan obyektif penulis, yang penulis sendiri pada awalnya tidak menduga bahwa apa yang dilakukan oleh pendekar bernama Nan-Suko ini benar-benar sebuah kenyataan, bukan sebuah mimpi. Dan penulis yakin, apa yang dilakukan ini cukup menjadi jawaban bagi pihak-pihak yang pesimis dan skeptis terhadap perjuangan dan usaha maha karya yang dipersembahkan oleh pendekar Silampari bernama Nan-Suko. Wallahu a’lam bis showab.

Penulis adalah Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhaar dan kandidat Doktor Pendidikan Islam Program Pasca Sarja Universitas Ibn Khaldun – Bogor, Wakil Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhaar dan Ketua Yayasan Permata Nusantara Al-Azhaar Lubuklinggau.