PENDEKAR
SILAMPARI BERNAMA NAN-SUKO
Oleh
: AH. Mansur, SE. M.Pd.I
Pendahuluan
Dalam
kamus bahasa Indonesia, kata pendekar dapat dimaknai sebagai “ orang yang
pandai bersilat” atau “orang yang gagah berani”, atau “orang yang pandai
bermain pedang”, atau orang yang memiliki kemampuan linuih diatas rata-rata
kebanyakan orang”. Pendekar selalu saja dilekatkan dengan nama daerah dimana
orang itu dilahirkan dan dibesarkan. Atau sering kali dilekatkan dengan
kehebatannya dalam suatu keilmuan. Misalnya yang dikaitkan dengan nama
daerahnya, “ pendekar tanah Pasundan, pendekar gua hantu, pendekar gunung Lawu
dan lain-lain. Sedangkan pendekar yang dikaitkan dengan kemampuan ilmunya,
misalnya; “ pendekar tangan seribu, pendekar tapak geni, pendekar samber
gledek, dan lain-lain.
Nah,
pendekar yang satu ini bolehlah disebut dengan; “Pendekar Silampari”.
Hal ini cukup beralasan dengan melihat karya-karya pembangunan dan
keberaniannya melakukan terobosan baru dalam dunia pemerintahan dan
kepemimpinan. Penulis juga berani menyebutnya pendekar karena beliau (Nanan dan
Sulaiman Kohar) merupakan satu dari sekian ribu pemimpin yang berani melakukan
spekulasi besar dalam proyek pembangunan daerah, dengan kata lain berani
mengambil resiko dengan perhitungan yang matang. Tapi apapun namanya, yang
jelas semua proyek yang sedang beliau lakukan sangat berdampak kepada kemulyaan
Kota Lubuklinggau dan kesejahteraan masyarakatnya
Kependekaran
mengajarkan sifat-sifat kesatria, rasa tanggung jawab, kepedulian, kejujuran,
amanah, welas asih dan cinta sesama. Falsafah Jawa mengajarkan, antara lain;
1.
Integritas. Menjaga
Kejujuran.
Artinya;“Seorang ksatria harus paham betul tentang yang benar dan yang
salah, dan berusaha keras melakukan yang benar dan menghindari yang salah.
Dengan cara itulah bushido biasa hidup.”
2.
Keberanian. Berani
dalam menghadapi kesulitan.Artinya;“Pastikan kau menempa diri dengan latihan
seribu hari, dan mengasah diri dengan latihan selama ribuan hari”.
3.
Kemurahan hati.
Memiliki sifat
kasih sayang. Artinya;“Jadilah yang pertama dalam memaafkan.”
4.
Menghormati. Hormat kepada
orang lain.Artinya;“Apakah kau sedang berjalan, berdiri diam, sedang duduk,
atau sedang bersandar, di dalam perilaku dan sikapmu lah kau membawa diri
dengan cara yang benar-benar mencerminkan prajurit sejati.
5.
Kejujuran dan
tulus-iklas. Bersikap Tulus dan Ikhlas.Artinya ;“Samurai
mengatakan apa yang mereka maksudkan, dan melakukan apa yang mereka katakan.
Mereka membuat janji dan berani menepatinya.” Perkataan seorang samurai lebih
kuat dari pada besi.”
6.
Kehormatan. Menjaga
kehormatan diri. Artinya;“Jika kau di depan publik, meski tidak bertugas, kau
tidak boleh sembarangan bersantai. Lebih baik kau membaca, berlatih kaligrafi,
mengkaji sejarah, atau tatakrama keprajuritan.”
7.
Loyal. Menjaga
Kesetiaan kepada satu pimpinan dan guru. Artinya ;“Seorang ksatria
mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melakukan pelayanan tugas.”
8.
Menghormati
Orang Tua. Menghormati orang tua dan rendah hati.Artinya;“Tak
peduli seberapa banyak kau menanamkan loyalitas dan kewajiban keluarga di dalam
hati, tanpa prilaku baik untuk mengekspresikan rasa hormat dan peduli pada
pimpinan dan orang tua, maka kau tak bisa dikatakan sudah menghargai cara hidup
samurai.
Lubuklinggau Madani
Secara konvensional, kata "madani"
dapat diartikan sebagai "kota". Tetapi secara ilmu kebahasaan, kata
itu mengandung makna "peradaban". Dalam bahasa Arab,
"peradaban" dinyatakan dalam kata "madaniyah" atau "tamaddun",
atau sering disebut dengan "hadharah".
Rasulullah Saw mengubah nama Yastrib menjadi Madinah, pada hakikatnya adalah
sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa beliau bersama para pendukungnya
yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar hendak mendirikan dan
membangun mansyarakat beradab.
Upaya membangun peradabann itu dilakukan dengan
tindakan konkret meletakkan dasar-dasar masyarakat madani, dengan menggariskan
ketentuan hidup bersama dalam suatu dokumen yang dikenal sebagai piagam Madinah
(Mitsaq al-Madinah). Dalam dokumen itulah umat manusia untuk pertama
kalinya diperkenalkan, antara lain, kepada wawasan kebebasan, terutama di
bidang agama dan politik, khususnya pertahanan secara bersama-sama. Dan di
Madinah itu pula, sebagai pembelaan terhadap masyarakat madani, Nabi dan kaum
beriman diizinkan mengangkat senjata, perang membela diri dan menghadapi
musuh-musuh peradaban.
Membangun masyarakat peradaban itulah yang
dilakukan Nabi selama sepuluh tahun di Madinah. Beliau membangun masyarakat
yang adil, terbuka, dan demokratis, dengan landasan takwa kepada Allah dan taat
kepada ajaran-NYA. Taqwa kepada Allah dalam arti semangat ketuhanan Yang Maha
Esa, yang dalam istilah umat Islam disebut sebagai semangat Rabbaniyah (QS Al-Imran:79)
atau ribbiyah (QS Al-Imran:146). Inilah hablun min Allah, tali hubungan dengan
Allah, dimensi vertikal hidup manusia, salah satu jaminan untuk manusia agar
tidak jatuh ke lembah kehinaan dan kenistaan.
Masyarakat nan berbudi luhur, berakhlak mulia,
berkeadaban, itulah yang disebut dengan masyarakat madani, "civil
society". Robert N. Bellah, seorang sosiolog agama terkemuka menyebut “Masyarakat
Madani” yang dibangun Nabi Muhammad Saw itu, sebagai masyarakat yang untuk
zaman dan tempatnya sangat modern, bahkan terlalu modern, sehingga setelah nabi
sendiri wafat suasana itu tidak bertahan lama. Timur tengah dan umat manusia
saat itu belum siap dengan prasarana sosial yang diperlukan untuk menopang
suatu tatanan sosial yang modern seperti dirintis Nabi. Lihat di; (RN Bellah
Ed. Beyond Belief {New York : Harper & Row, edisi paperback, 1976} hh.
150-151.
Jurus Maut Bangun Silampari
Siapapun
tahu bahwa kehadiran Nan–Suko (Prana Putra Sohe dan Sulaiman Kohar) pada
awalnya dipandang sebelah mata. Ada pandangan under estimate oleh sebagian
masyarakat “tidak akan mampu” membangun kota Lubuklinggau sebagaimana
selogan-nya “Lubuklinggau Madani”, apalagi sampai melakukan terobosan-terobosan
yang luar biasa. Terobosan yang sama sekali tidak dipikirkan dan diperkirakan
oleh kebanyakan masyarakat.
Tapi sungguh
sangat tidak diduga, ternyata Wali Kota kita ini kemudian mengeluarkan jurus
mautnya berupa rencana mega proyek yang bila nanti proyek-proyek tersebut dapat
terselesaikan pasti akan berdampak ekonomis, terutama pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat kota Lubuklinggau. Beberapa mega proyek tersebut
antara lain ;
1.
Pembangunan
Water Park.
Masyarakat
Lubuklinggau boleh berbangga dengan rencana pembangunan mega proyek “Water
Park” ini. Karena pembangunan ini secara sosiologis akan membangun kebanggaan
warga terhadap daerahnya. Disamping itu “Water Park” akan berdampak kepada
bergerak dan berdayanya ekonomi kecil dan menengah serta bergelombangnya arus
wisata domistik dan internasional. Kondisi ini akan mengakibatkan padatnya arus
lalu lintas, baik darat maupun udara, padatnya hotel – hotel berbintang dan
kelas ekonomi serta ramainya wisata restoran dan kuliner.
2.
Pembangunan
SMK Terpadu.
Rencana
pembangunan SMK Terpadu akan menyempurnakan beragam lembaga pendidikan yang
sudah ada di Kota Lubuklinggau. SMK unggulan ini akan menyedot perhatian
masyarakat kota Lubuklinggau dan sekitarnya, khususnya dalam bidang pendidikan.
Disamping itu hadirnya lembaga pendidikan unggulan ini akan memberikan beragam
pilihan kepada masyarakat bagi pendidikan putra – putrinya. Bila ada masyarakat
luar kota Lubuklinggau bersekolah di SMK ini, tentu akan berdampak positif pada
pengembang perumahan dan rumah – rumah kos atau rumah sewa. Proyek ini juga
akan memberikan kontribusi signifikan bagi pergerakan ekonomi rakyat.
3.
Membuka
Jalan Baru Sisi Bukit Sulap
Mega proyek pembukaan jalan lingkar
sisi bukit Sulap yang dilaksanakan secara terpadu dengan renovasi Bukit Sulap
sebagai icon dan taman wisata, merupakan kerja luar biasa dan penuh resiko.
Sebab bila proyek ini berjalan lancar dan sukses, ia akan menjadi icon, menjadi
lambang dan menjadi kebanggaan Kota Lubuklinggau. Seperti Bali bangga dengan
pantai Kuta-nya, Serang bangga dengan pantai Pasir Putih-nya, Palembang dengan
jembatan Ampera-nya, Yogyakarta dengan pantai Parang Teritis-nya, dengan
Kraton-nya, dengan Malioboro-nya dan lain-lain. Maka masyarakat kota
Lubuklinggau akan bangga dengan icon wisata Bukit Sulap-nya.
Tetapi resikonya yang harus ditanggung oleh pendekar bernama
Nan-Suko adalah mengganti rugi lahan masyarakat yang terkena proyek,
pembangunan darainase yang kuat mengingat pembangunan ini di sisi bukit, serta
reboisasi hutan dan kebun masyarakat yang terkena dampak pembangunan jalan
baru, termasuk normalisasi penataan lingkungan hutan, dimana Bukit Sulap
termasuk TNKS yang dilindungi oleh undang – undang kehutanan.
4.
Renovasi Manjid Agung As-Salam
Masyarakat tahu bahwa masjid Agung
As-Salam merupakan icon baru masjid Kota Lubuklinggau, menggantikan posisi
masjid Agung Al-Bari. Masjid Agung As-Salam selain megah, indah dan berarsitektur
ala Timur Tengah, ia juga berada di tengah – tengah kota, berdampingan dengan
lapangan Merdeka. Lapangan yang selama ini menjadi tempat keramaian, baik
pengajian, upacara, olah raga, event music nasional dan bahkan menjadi wisata
kuliner bagi masyarakat, terutama muda – mudi.
Rencana wali kota menyulap masjid
Agung As-Salam dan lapangan Merdeka menjadi sebuah wisata religi dan dibangun
secara integral akan menjadi icon nasional. Dan tentunya akan mematrikan
kebanggaan tersendiri bagi karya maha tinggi yang hanya bisa dicetuskan oleh
seorang pemberani dan seorang pendekar sejati.
Karya-karya lainnya seperti; “kartu
pintar, pembangunan kawasan industry dan pergudangan terpadu, pembangunan jalan
lingkar luar, pembangunan pasar tradisional modern dan lain – lain, adalah
karya pendukung yang akan membawa kota Lubuklinggau menuju kota “Madani”. Kota
yang berkeadilan, berkesejahteraan, berkeadaban yang gemah ripah loh jenawi,
toto tentrem kerto raharjo.
Jurus Mendobrak Skeptisisme
Pendekar
Nan-Suko dalam gerak kepemimpinannya tidak melepaskan tokoh agama dan
masyarakat sebagai mitra produktif dalam upaya menghimpun aspirasi umat. Ia
dengan tak kenal lelah membentuk forum komunikasi, baik in-formal maupun non
formal, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk melalui jalur
pemerintahan, kekerabatan, keorganisasian dan usaha. Semua lini dibangun dalam
rangka menggali aspirasi positif untuk pembangunan kota Lubuklinggau ke depan.
Sehingga semua tokoh merasa dilibatkan dalam pembangunan kota.
Komunikasi
dengan tokoh pemuda juga sangat intens dilakukan melalui organisasi –
organiasasi seperti PMII, BKP-RMI, HMI dan organisasi pemuda lainnya. Khusus
soal organisasi kepemuadaan ini kapabilitas beliau tidak diragukan karena
beliau dilahirkan dari organisasi KNPI, tempat dimana beliau menempa diri dan
menimba pengalaman berorganisasi.
Yang
sangat mengagetkan adalah terbentuknya Dewan Masjid Indonesia (DMI). Ini diluar
dugaan banyak orang karena beliau dalam stigma orang dianggap bukan orang
masjid dan jauh dari kesan kemasjidan. Maka terbentuknya DMI menjadi sebuah
sinyal kometmen kongkrit dari beliau untuk memperjuangkan visi-misi kota, sebagai
kota “MADANI”, dan kometmen perubahan secara pribadi ke ranah kehidupan
religious, sekaligus sebagai jawaban bil fi’li (tindakan nyata) bagi pihak –
pihak yang meragukan beliau dalam hal kometmen keagamaan.
Nan-Suko Versus Jokowi-Ahok
Jokowi
– Ahok di Jakarta menggugah masyarakat dengan proyek “blusukan” nya dan program
kerakyatan yang terbukti dirasakan langsung oleh masyarakat. Pengalaman Jokowi
membenahi pasar tradisional Solo tanpa kekerasan telah merambah ke Jakarta. Di
Jakarta beliau berhasil membangun tata kelola parkir dan pedagang kaki lima di
pasar Tanah Abang tanpa kekerasan. Kehebatannya dalam komunikasi dan
kesederhanaannya telah menyentuh masyarakat untuk patuh dan tak berdaya melawan
ketulusan hatinya. Beberapa programnya yang cerdas membelalakkan masyarakat
Indonesia, seperti lelang jabatan, kartu pintar Jakarta, kartu sehat Jakarta,
dan seabrek program pro rakyat lainnya.
Di
Lubuklinggau, Nan-Suko tampil bukan dalam rangka memecahkan masalah – masalah
masyarakat yang terjadi sebelumnya. Tapi justru membangun terobosan baru dari
yang belum ada menjadi ada, dari yang tak terpikirkan menjadi kenyataan.
Kebijakan ini tentu hanya dapat dilakukan oleh orang yang punya nyali dan
keberanian, apalagi program – program yang dirancang adalah program berskala
nasional dan internasional. Nah, disini Nan-Suko memiliki kesamaan dengan
Jokowi – Ahok dalam motivasi kerja, tetapi berbeda dalam hal problem dan
strategi.
Tangga Menuju Puncak
Bila Jokowi
dengan program – program monumentalnya dengan sangat cepat diamini masyarakat
Indonesia bahkan dunia, maka sudah selayaknya Nanan, termasuk juga wakilnya
mendapatkan apresiasi yang sama dari masyarakat Indonesia. Hanya saja Nanan
masih sangat terbatas dalam hal publikasi. Ini tentu akibat letak geografis
Kota Lubuklinggau yang agak jauh dari sumber pemberitaan. Sementara Jakarta
sebagai icon internasional, telah membantu Jokowi mendapatkan popularitas
Cuma-Cuma dari berbagai media yang membuntutinya sehari – hari.
Tetapi bila
kerja keras ini terus dilakukan secara istiqomah, maka bukan tidak mungkin pada
suatu saat nanti Nan-Suko akan memetik hasilnya sebagaimana Jokowi memulai
karirnya dari sebuah kota kecil, di Jawa Tengah. Kita harus yakin, bila
Lubuklinggau dengan beberapa gebrakan saja bisa menempatkan posisinya ke pentas
nasional, maka seiring dengan itu tangga-tangga menuju ke puncak kesuksesan
akan segera berlari ke pelukan, dan bersiaplah menjadi bintang masa depan.
Menggapai Sumatera Tengah Menjadi Propinsi
Jika mimpi masyarakat kota Lubuklinggau dan Musi Rawas menjadi
kenyataan, membentuk propinsi baru bernama Sumatera Tengah (SUM-TENG), maka Nanan-lah
yang paling berpeluang menangkap kesempatan itu, dengan alasan; 1)
berpengalaman mengelola pemerintahan, 2) masih muda dan energik, 3) peduli
rakyat, 4) pekerja keras, 5) mampu membangun komunikasi dengan semua kalangan,
dan 6) sederhana serta bersahaja.
Penutup
Apa yang
disampaikan oleh penulis ini adalah pendapat dan pandangan obyektif penulis,
yang penulis sendiri pada awalnya tidak menduga bahwa apa yang dilakukan oleh
pendekar bernama Nan-Suko ini benar-benar sebuah kenyataan, bukan sebuah mimpi.
Dan penulis yakin, apa yang dilakukan ini cukup menjadi jawaban bagi
pihak-pihak yang pesimis dan skeptis terhadap perjuangan dan usaha maha karya
yang dipersembahkan oleh pendekar Silampari bernama Nan-Suko. Wallahu a’lam bis
showab.
Penulis adalah Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhaar dan
kandidat Doktor Pendidikan Islam Program Pasca Sarja Universitas Ibn Khaldun –
Bogor, Wakil Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhaar dan Ketua Yayasan
Permata Nusantara Al-Azhaar Lubuklinggau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar