Jumat, 17 Januari 2014
Kamis, 16 Januari 2014
PENDIDIKAN KARAKTER, PERLUKAH?
Pendidikan
Karakter, Perlukah?
Oleh
; AH.Mansur,SE,M.Pd.I
A.
Pendahuluan
Koran Harian Republika, tanggal 23
Juni 2012 lalu, merilis hasil survei Fund for Peace (FFP) yang menempatkan
Indonesia pada peringkat ke 63 sebagai Indeks Negera Gagal. Factor yang menyebabkan
Indonesia berada pada peringkat Negara gagal antara lain karena belum
menurunnya angka korupsi, tawuran antar pelajar dan kekerasan yang dipicu oleh
masalah sentimen keagamaan. Versi lain menyebutkan bahwa ada tiga hal yang
membuat Indonesia tetap bertahan dalam Indeks Negara Gagal; Pertama adalah tekanan demografis, yaitu tekanan yang terjadi
karena masalah degradasi lahan serta tergusurnya warga karena masalah
lingkungan. Kedua, ketidakpuasan kelompok yang menyebabkan bergulirnya banyak
aksi demonstrasi serta kekerasan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Yang
ketiga masalah tekanan sosial akibat melebarnya jurang antara yang kaya dan
yang miskin.
Peringkat Indonesia di Indeks Negara
Gagal naik dari peringkat 64 ke 63. Hal itu berarti buruk karena semakin kecil
peringkat negara di indeks tersebut berarti negara itu dalam perjalanan menjadi
negara gagal. Dalam Index Negara Gagal (Failed State Index (FSI) 2012 yang
dipublikasikan di Washington DC, Amerika Serikat, Indonesia menduduki peringkat
ke-63 dari 178 negara. Dalam kategori tersebut, Indonesia masuk kategori
negara-negara yang dalam bahaya (in danger) menuju negara gagal.
Tahun lalu, Indonesia menempati
peringkat ke-64 dari 177 negara. Artinya, kondisi di Indonesia sepanjang satu
tahun terakhir dipandang memburuk dibandingkan periode sebelumnya. Peringkat
satu di Indeks Negara Gagal masih ditempati oleh Somalia dan Republik
Demokratis Kongo di posisi dua.
Media
elektronik KOMPAS.com, merilis hasil survey Transparency
International mengenai Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index)
tahun 2011. Dalam survei yang dilakukan terhadap 183 negara di dunia tersebut,
Indonesia menempati skor CPI sebesar 3,0, naik 0,2 dibanding tahun sebelumnya
sebesar 2,8. Namun, lompatan skor Indonesia dari 2,8 pada tahun 2010 dan 3,0
tahun 2011 bukanlah pencapaian yang signifikan karena Indonesia sebelumnya
telah menargetkan mendapatkan skor 5,0 dalam CPI 2014 mendatang.
Hasil
survei tersebut berdasarkan penggabungan hasil 17 survei yang dilakukan
lembaga-lembaga internasional pada 2011. Rentang indeks berdasarkan angka 0-10.
Semakin kecil angka indeks menunjukkan potensi korupsi negara tersebut cukup
besar. Sementara dalam indeks tersebut Indonesia berada di peringkat ke-100
bersama 11 negara lainnya yakni Argentina, Benin, Burkina Faso, Djobouti,
Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Tome & Principe, Suriname, dan
Tanzania. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, skor Indonesia berada di bawah
Singapura (9,2), Brunei (5,2), Malaysia (4,3), dan Thailand (3,4).
Disamping
itu, potret buram kehidupan bangsa diperparah oleh pergaulan bebas para
pemudanya yang suka tawuran, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas dan budaya
ketidakteraturan; seperti lemahnya budaya antri, membuang sampah sembarangan,
menerobos lampu merah, dan budaya buruk lainnya.
Agus
Wibowo dalam bukunya, “ Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Bangsa
Berperadaban”, menyampaikan sebuah hasil survey yang sangat mencengangkan,
bahwa satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan
membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku
SMP, dan bahkan 21,2 persen diantaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan
aborsi. Hasil penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara)
bandung, yang dilakukan antara tahun 2000-2002 mendapatkan remaja yang
melakukan sek pranikah 72,9 persen hamil, dan 91,5 persen diantaranya mengaku
telah melakukan aborsi lebih dari satu kali.
Indikasi
gagalnya Negara juga disumbang oleh maraknya tawuran massal antar pelajar, yang
dari tahun ke tahun bukan berkurang, tapi malah sebaliknya, meningkat. Data
Komnas Perlindungan Anak menunjukkan jumlah tawuran pelajar pada 2011 mencapai
339 kasus dan memakan korban tewas 82 orang. Jumlah itu meningkat 165% dari 128
kasus pada tahun sebelumnya. Insiden terakhir terjadi Kamis, 3 Mei 2012 sekitar
pukul 18.30 WIB di Jalan Ampera, Bekasi Timur. Tawuran pelajar dua SMK di
Jakarta Timur itu mengakibatkan seorang pelajar tewas dan dua lainnya luka
serius karena dibacok. Para pelajar itu baku hantam menggunakan celurit,
parang, dan sabuk bergerigi besi di wilayah Bekasi.
Lebih
mencengangkan lagi Prof.Elfindri,SE,MA, dkk, merilis dalam bukunya; “Pendidikan
Karakter”, antara lain sebagai berikut ;
1. Sepanjang
tahun 2004-2011, kementerian dalam negeri mencatat sebanyak 158 kepala daerah
yang terdiri atas Gubernur, bupati dan wali kota tersangkut korupsi.
2. Sedikitnya
42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011.
3. Tiga
Puluh Anggota DPR Priode 1999-2004 dari 4 parpol terlibat kasus dugaan suap
pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.
4. Kasua
korupsi terjadi di sejumlah institusi, seperti KPU, Komisi Yudisial, KPPU,
Ditjen Pajak, Bank Indonesia dan BKPM.
5. Sepanjang
2010, Mahkamah Agung menjatuhkan sanksi kepada 107 hakim, baik berupa
pemberhentian maupun teguran. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya, yakni sebanyak 78 hakim. Dan sebanyak 294 polisi sudah dipecat.
6. Tawuran
antar warga pada tahun 2010-2011 terjadi antara lain di Bekasi, Cirebon,
Boolang Mangondow.
7. Plagiat
terjadi di sejumlah perguruan tinggi, antara lain Bandung, Gorontalo,
Yogyakarta, Jakarta dan lainnya.
8. Komnas
Anak mencatat kasus kekerasan terhadap anak tahun 2009 meningkat menjadi 1736
dibandingkan tahun sebelumnya. Terjadi kenaikan sekitar 62,7%.
9. Komnas
Perempuan mengungkap kasus kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2008
mencapai 54.425 kasus, naik sebesar 213% dibandingkan tahun 2007.
10. Anak SD
yang jujur diserang oleh temannya se kelas, dan dia bersama orang tuanya juga
dikucilkan oleh masyarakat setempat. Terjadi kasusnya di Surabaya dan Jakarta
Selatan.
11. Para
guru yang mencontek massal ketika ujian untuk mendapatkan sertifikasi. Kasus
tersebut juga terjadi pada dosen dan calon guru besar yang mengajukan
kelengkapan untuk kenaikan pangkat.
B. Upaya Membangun Karakter Bangsa
Berangkat
dari persoalan-persoalan diatas, seorang alumnus IPB yang concern terhadap
dunia pendidikan, anak dan perempuan; Ratna Megawangi, mencetuskan konsep
pendidikan holistic berbasis karakter. Menurutnya ada Sembilan (9) pilar
karakter yang harus dibangun, yakni karakter cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran dan amanah, diplomatis,
hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong atau
kerjasama, percaya diri dan pekerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan
rendah hati, toleransi, kedamaian dan kesatuan.
Istilah
pendidikan karakter ini semakin mengkristal setelah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Muhammad Nuh dalam pidatonya pada hari
pendidikan Nasional 2011, menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai
upaya pembangunan karakter bangsa.
Usaha-usaha
untuk membangun moral dan karakter bangsa secara historis sesungguhnya telah
dilakukan oleh para pendiri bangsa ini. Di era pra-kemerdekaan pendidikan
karakter dikenal dengan pendidikan budi pekerti. Di dalamnya peserta didik
diajari asas-asas moral, etika dan etiket yang melandasi sikap dan tingkah laku
dalam pergaulan sehari – hari. Setelah Indonesia memasuki era demokrasi
terpimpin di bawah Presiden Soekarno pada awal 1960-an pendidikan
kewarganegaraan muncul dalam bentuk indoktrinasi. Pada masa pemerintahan orde
baru yang dipimpin Soeharto, indoktrinasi itu berganti dengan penataran P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang bukan saja sebagai
pelajaran wajib, tetapi juga penataran wajib.
Upaya
pembentukan karakter bangsa melalui mata pelajaran berlebel pancasila ini terus
dilakukan dengan pendekatan indoktrinasi sampai pada awal dasawarsa 90-an.
Upaya indoktrinasi melalui pelajaran PMP, PPKn dan PKn terhenti seiring
bergulirnya era Reformasi. Lahirlah bentuk baru dari pendidikan karakter ini
dalam bentuk pendidikan budi pekerti yang terintegrasi dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi pada tahun 2000-an.
Melihat
sejarah panjang perjuangan para pendiri bangsa ini dalam membangun karakter
bangsa yang beretika, bermoral, berkeadaban dalam bingkai nilai luhur bangsa
Indonesia yang tercermin dalam pancasila, maka tidak sepatutnya generasi
penerus bangsa ini berdiam diri dan berpangku tangan dalam menghadapi tantangan
global yang semakin kompleks. Hancurnya tata nilai dalam masyarakat, berbangsa
dan bernegara harus dibangun kembali, harus diperjuangkan kembali.
C. Dilematika Pendidikan Karakter Dalam Islam
Islam
yang dibawa Nabi Muhammad Saw membawa nilai-nilai universal, agung dan mulia.
Bukan hanya diperuntukkan bagi ummat yang menganut ajarannya saja, tetapi kehadiran Islam juga
diperuntukkan bagi seluruh ummat manusia. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt,
dalam firman-Nya dalam surat al-Ambiya’ ayat 107;
Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (al-Ambiya’:107).
Islam membawa ajaran yang sangat
concern terhadap pembangunan nilai, pembentukan karakter, moral dan etika, yang
dalam istilah Islam lebih dikenal dengan kata ‘akhlak’. Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw ;
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Sesungguhnya
saya diutus untuk menyempurnakan akhlak
Coba perhatikan bagaimana Islam
membangun nilai – nilai melalui ajarannya. Seperti misalnya sabda Nabi Saw; “
apabila kamu memasak kuah, maka banyakkanlah airnya dan bagikan kepada
tetanggamu”. Hadist yang lain; “barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka muliakanlah tamunya”, dalam hadist yang lain, “maka
muliakanlah tetangganya”. Islam juga mengajarkan kebersihan sebagaimana
dalam hadist, “kebersihan itu sebagian dari iman”. Islam menganjurkan
shadaqah, zakat dan infaq, Islam mengajarkan belajar sepanjang hayat, Islam
mengajarkan sabar, tawaddu’, tawakkal, qana’ah, dan lain-lain.
Sayangnya dalam implementasi sehari
– hari ummat Islam sendiri tidak merepresentasikan nilai-nilai luhur ajaran
Islam itu sendiri. Hal-hal yang terjadi justru sebaliknya, ummat muslim
cenderung meninggalkan ajaran Islam yang mulia itu, seperti tidak sabar
menerobos lampu merah, tidak memiliki tradisi dan budaya antri, tidak bersih
lingkungan, buang sampah sembarangan, kencing berdiri di sembarang tempat,
berkata-kata jorok, kikir dan pelit untuk kebaikan tetapi royal dalam saweran,
dan yang sangat miris sekali umat Islam lebih percaya menitipkan pendidikan
anaknya ke lembaga non muslim.
D.
Bagaimana Seharusnya
Ketika
umat Islam berada di persimpangan jalan, antara melaksanakan ajaran al-Qur’an
yang mulia dengan melihat paradoksi implementasi ajaran di lapangan oleh umat
muslim, maka membangun sinergitas keyakinan dan penanaman aqidah menjadi sangat
penting perannya. Melihat sejarah bagaimana Nabi Muhammad Saw membangun
peradaban di tengah-tengah kaum jahiliyah yang jahil, amoral dan tidak beradab
menjadi berkeadaban dengan ajaran Islam. Menelaah bagaimana Islam pada masa
dinasti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan Turki Usmaniyah, menjadi imperium
raksasa dan menjadi pusat peradaban dunia dengan ajaran Islam.
Melihat
itu semua, seyogyanya umat Islam kembali ke pangkuan Islam dengan
sebenar-benarnya kembali. Kembali yang kaffah, yang untuh dari mulut sampai ke
hati, dari tindakan lahiriyah sampai kepada tindakan bathinyah. Kembali yang
tidak sekedar pada pengakuannya secara lisan, tetapi lebih pada melaksanakan
ajarannya.
E.
Penutup
Bila melihat
gejala kebankrutan moral sebagaimana dipaparkan diatas, menjadi wajib bagi
semua warga Negara, bagi senua ummat Islam dan siapapun juga untuk menanamkan
nilai-nilai moral, etika, budi pekerti yang dalam Islam dikenal dengan kata
‘akhlak’ pada setiap fase kehidupan anak. Terutama pada fase anak-anak, karena
pada masa itu anak-anak lebih mudah mencerna dan menerima apa saja yang didengarnya,
dirasakannya dan dilihatnya. Tentunya lingkungan keluarga memiliki peran paling
besar dalam pembentukan karakter seorang anak. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad
Saw ;
“ Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Maka tergantung kepada kedua orang tuanya, apakah anak itu akan
dibentuk menjadi Yahudi, Majusi dan atau Nashrani”.
Penulis
adalah Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhaar Lubuklinggau dan
kandidat Doktor Pendidikan Islam pada Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn
Khaldun Bogor.
Senin, 13 Januari 2014
DAFTAR AGIHAN MATA PELAJARAN MA. DARUL ISHLAH TA. 2013/2014 SEMESTER GENAP
DAFTAR
AGIHAN MATA PELAJARAN SEMESTER 2
MA. DARUL
ISHLAH LUBUKLINGGAU
TAHUN
AKADEMIK 2013-2014
KELAS
|
MATA
PELAJARAN
|
I EXP
|
Sosiologi 1
|
Ekonomi 1
|
|
Biologi
|
|
Fisika
|
|
Matematika 1 (Pendalaman)
|
|
Bahasa Inggris 1 (Pendalaman)
|
|
Bahasa Arab 2
|
|
Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 (Tareh Islam )
|
|
Al-Qur’an Wa Ulumuhu 2 (Tajwid
dan Tahfidz)
|
|
Kutub al-Turats (Taklimul Muta’allim & Sullam at-Taufiq )
|
|
Internalisasi Karakter (Sikap Religius)
|
|
Syarat Kecakapan Ibadah Amaliyah (SKIA)
|
|
IV
|
Sosiologi 1
|
Ekonomi 1
|
|
Biologi
|
|
Fisika
|
|
Matematika 1 (Pendalaman)
|
|
Bahasa Inggris 1
|
|
Tarbiyah 1
|
|
Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 ( Tareh Islam - Bani Umayyah )
|
|
Al-Qur’an Wa Ulumuhu 2 (Tajwid
dan Tahfidz)
|
|
Kutub al-Turats (Bidayatul Hidayah )
|
|
Internalisasi Karakter (Sikap Religius)
|
|
Syarat Kecakapan Ibadah Amaliyah (SKIA)
|
|
III EXP
|
Akuntansi
|
Bahasa Inggeris 2
|
|
Bahasa Indonesia 2
|
|
Matematika 2
|
|
Pendidikan Agama Islam (PAI)1 (Tafsir-Hadits Tematik)
|
|
Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 (Tareh Islam Khulafaurrasyidin)
|
|
Tarbiyah 2
|
|
An-Nahwu wa as-Sharfu 2
|
|
Kutub al-Turats (Kifayatul Adzkiya’)
|
|
Organisasi Santri
|
|
Information and Communication Technology (DisainsGrafish)
|
|
Internalisasi Karakter (Kepemimpinan)
|
|
V
|
Akuntansi
|
Bahasa Inggeris 2
|
|
Bahasa Indonesia 2
|
|
Matematika 2
|
|
Pendidikan Agama Islam (PAI) 4 (Tauhed 2)
|
|
Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 (Bani Abbasiyah)
|
|
Tarbiyah 2
|
|
An-Nahwu wa as-Sharfu 2
|
|
Kutub al-Turats (Nashoihul Ibad)
|
|
Organisasi Santri
|
|
Information and Communication Technology (DisainsGrafish)
|
|
Internalisasi Karakter (Kepemimpinan)
|
|
VI
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Inggeris
|
|
Matematika
|
|
Sosiologi
|
|
Ekonomi
|
|
Geografi
|
|
An-Nahwu wa As-Sharfu (Praktik baca kitab dan pendalaman)
|
|
Kutub al-Turats (Ihya’ Ulumuddin /Daqoiqul Akhbar)
|
|
SKKA
|
|
Amaliyatu at-Tadris
|
|
Khidmah Tarbawiyah
|
|
Internalisasi Karakter (Konsep Karakter Ibadah dan Kepemimpinan)
|
|
Rihlah Tarbawiyah wal Iqtishodiyah
|
|
Khutbatul Wada’
|
|
Oto Biografi
|
|
Information and Communication Technology (Word, Exel dan Power Point)
|
Keterangan
:
- *
Seluruh
santri wajib mengisi KRS
- *
Jadwal
tatap muka disesuaikan dengan kebutuhan santri (tidak ada pemisahan waktu
antara putra dan putri)
- *
Santri
dianjurkan melakukan uji kompetensi harian
- *
Dianjurkan
santri melakukan e-learning by video call dengan guru mata pelajaran setiap
malam ba’da
makan malam.
-
* Santri
dilarang mengakses facebook pada jam belajar. Bagi santri yang melanggar,
notebook disita
selama satu minggu atau denda sebesar Rp. 50.000,-
- *
Santri
yang menyelesaikan SK/KD nya terlebih dahulu, dianjurkan langsung mengikuti
ujian
kompetensi tertutup dan ujian kompetensi terbuka tanpa harus menunggu
jadwal yang tersedia.
Langganan:
Postingan (Atom)