TAQWA SOLUSI MENGATASI EKSES MODERNISME
Oleh : Ah. Mansur, SE. M.Pd.I
Disampaikan di Masjid Agung Darussalam Kabupaten Musi Rawas
Jum'at, 28 Juni 2013
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛
أَمَّا بَعْدُ؛
Hadirin sidang Shalat Jumat rahimakumullah.
Seiring pesatnya perkembangan ilmu dan tekhnologi, cepatnya
kemajuan iptek dan derasnya arus informasi yang melanda umat manusia dewasa
ini, satu sisi menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan-kerusakan tata nilai
kehidupan, kian meningkatnya kriminalitas dengan tindak kekerasan, judi, penyalahgunaan
obat terlarang, semakin meluasnya sarana dan prasarana kemaksiatan , dari
panti-panti pijat, diskotik dan tempat-tempat hiburan kelas kakap, dari
bioskop-bioskop yang ada di dalam rumah sampai foto-foto porno para artis tak bermoral, sampai bintang-bintang
film yang bejat akhlaqnya, membuat orang semakin nekat dan berani melakukan
maksiat.
Kasus-kasus pembunuhan, pemerkosaan dan perzinaan, terjadi hamper setiap
hari, baik yang memenuhi halaman surat kabar ataupun yang menjadi berita-berita
aktual di radio dan televisi.
Maka dalam salah satu pernyataannya Kepala Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional menyatakan bahwa: “Dalam dua tahun terakhir ini
tercatat sebanyak “dua juta” wanita melakukan ABORSI (pengguguran kandung) 750
ribu di antaranya remaja belum menikah. “Dan kalau dibandingkan dengan angka
kelahiran pertahunnya maka jumlah “dua juta janin yang mati” karena aborsi,
merupakan sebuah fenomina yang sangat luar biasa.
Agus
Wibowo dalam bukunya, “ Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Bangsa
Berperadaban”, menyampaikan sebuah hasil survey yang sangat mencengangkan,
bahwa satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan
membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku
SMP, dan bahkan 21,2 persen diantaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan
aborsi. Hasil penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara)
bandung, yang dilakukan antara tahun 2000-2002 mendapatkan remaja yang
melakukan sek pranikah 72,9 persen hamil, dan 91,5 persen diantaranya mengaku
telah melakukan aborsi lebih dari satu kali
Koran
Harian Republika, tanggal 23 Juni 2012 lalu, merilis hasil survei Fund for Peace (FFP) yang menempatkan Indonesia pada
peringkat ke 63 sebagai Indeks Negera Gagal. Faktor yang menyebabkan Indonesia
berada pada peringkat Negara gagal antara lain karena belum menurunnya angka
korupsi, tawuran antar pelajar dan kekerasan yang dipicu oleh masalah sentimen
keagamaan. Versi lain menyebutkan bahwa ada tiga hal yang membuat Indonesia
tetap bertahan dalam Indeks Negara Gagal; Pertama adalah tekanan
demografis, yaitu tekanan yang terjadi karena masalah degradasi lahan serta
tergusurnya warga karena masalah lingkungan. Kedua, ketidakpuasan
kelompok yang menyebabkan bergulirnya banyak aksi demonstrasi serta kekerasan
terhadap kelompok-kelompok minoritas. Yang ketiga, masalah tekanan
sosial akibat melebarnya jurang antara yang kaya dan yang miskin.
Diasamping
itu, potret buram kehidupan bangsa diperparah oleh pergaulan bebas para
pemudanya yang suka tawuran, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas dan budaya
ketidakteraturan; seperti lemahnya budaya antri, membuang sampah sembarangan,
menerobos lampu merah, dan budaya buruk lainnya.
Dan sekarang ini saudara-saudara,
kita tengah berada di era globalisasi dan modernisasi itu, maka tak ada jalan
keluar untuk lari dan selamat dari fitnah ini, tidak ada petunjuk penyelesaian
melainkan di ujungnya kesesatan yang menambah kebinasaan, kecuali petunjuk dan
jalan keluar yang ditawarkan oleh Al-Islam, yaitu: Taqwa kepada Allah, sebagaimana yang dijanjikan di dalam surat
Ath-Thalaq ayat 2 dan 4,
Allah berfirman:
وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah
(Maka Allah) akan mengadakan baginya jalan keluar dari setiap kesulitan.”
Juga firman-Nya:
وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah, maka Allah akan mengadakan baginya kemudahan dalam setiap urusan.”
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Takwa adalah barometer keimanan seorang muslim. Dengan takwa mata
hati akan terbuka untuk melihat dan menerima kebenaran serta menolak dan
menjauhi kemungkaran. Sebagai-mana firmanNya:
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَتَّقُوا اللهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا
“Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan pembeda (antara al-haq
dengan al-batil) bagimu.” (QS. Al-Anfal: 29).
Ibnu Katsir berkata pada tafsir ayat ini: “Karena barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, dengan mengerjakan perintah-perintahNya dan meninggalkan
larangan-laranganNya niscaya diberi taufik (bimbingan) untuk mengetahui yang
hak dari yang batil.
Namun sayang, tidak semua orang
yang mengaku Islam itu beriman, sebagaimana tidak semua orang yang beriman…itu
bertakwa. Kata takwa atau “takut kepada Allah” sering kita dengar bahkan sering
meluncur dari lidah kita, seakan menjadi bahasa yang datar tanpa makna. Takut
kepada Allah tidak lagi menjadi rasa, tetapi hanya sekedar menjadi bahasa.
Sebagian besar umat manusia, termasuk umat Islam dewasa ini sudah kehilangan
rasa takut kepada Allah, kepada ancaman-ancaman yang dahsyat bagi orang-orang
yang maksiat, kepada kemungkinan-kemungkinan bahwa diri kita terjerembab dalam
azab dunia lebih-lebih siksa kubur dan azab akhirat. Namun justru sebaliknya,
sebagian di antara kita cenderung takut kepada orang-orang yang dikeramatkan,
jin, setan dan lain-lain.
Diterangkan di dalam kitab
Fathul Majid halaman 301 sampai 303 dan al-Qaulus Sadid halaman 116 sampai 117,
diterangkan bahwa: Takut semacam ini adalah termasuk dosa besar, tercela bahkan termasuk syirik akbar yang mengeluarkan
seseorang dari agama Islam.
Adapun seseorang yang melakukan amalan haram atau meninggalkan
amalan wajib karena takut kepada manusia, hal ini termasuk syirik ashghar yang meniadakan
kesempurnaan tauhid.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hibban
dan Ibnu Majah yang dishahihkan oleh al-Albani di dalam shahihul jami’ halaman
1814. Rasulullah shalallaahu alaihi wa salam bersabda:
لاَ
يَحْقِرَنَّ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ أَنْ يَرَى أَمْرًا لِلَّهِ عَلَيْهِ فِيْهِ
مَقَالاً ثُمَّ لاَ يَقُوْلُهُ فَيَقُوْلُ اللهُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَقُوْلَ
فِيْهِ فَيَقُوْلُ رَبِّ خَشِيْتُ النَّاسَ فَيَقُوْلُ وَأَنَا أَحَقُّ أَنْ
يُخْشَى.
Yang artinya: “Janganlah salah seorang di antara
kalian menghinakan dirinya, yaitu jika ia melihat satu perkara yang menjadi hak
Allah dan menjadi kewajibannya untuk dibicarakan, kemudian dia tidak
membicarakannya. Maka Allah akan bertanya (padanya di hari Kiamat) ‘Apa yang
menghalangimu untuk mengatakannya’ Kemudian dia akan menjawab, ‘Rabbku, aku
takut kepada manusia’. Maka Allah berkata, ‘Hanya Akulah yang paling berhak
engkau takuti’.”
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah.
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah.
Oleh karena itu, di dalam surat Ali Imran ayat 175 Allah
berfirman:
إِنَّمَا
ذَالِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَآءَهُ فَلاَتَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن
كُنتُمْ مُّؤْمِنِينَ
Yang artinya; “Sesungguhnya itu tidak lain
hanyalah setan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepadaKu jika kamu orang-orang yang beriman.”
Ya… jika kita memang beriman
kepada kebesaran Allah, kalau benar kita bertauhid kepada keesaan Allah,
mengapa kita perlu ragu bahwa suatu saat nanti Allah akan membangkitkan kita
setelah kematian,
lalu menghisab amal perbuatan kita sekecil apapun kebaikan dan kejahatan yang
pernah kita lakukan di dunia ini. Lalu terhadap orang-orang yang tidak beriman
dan bertakwa, Allah akan memberikan kitab amalannya dari sebelah kiri, maka
mereka termasuk orang-orang yang merugi. Na’udzu billah min dzalik.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat .
ثُمَّ
فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ
“Kemudian masukkanlah ia ke dalam
rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (QS. Al-Haqqah: 32).
Tentang arti (فاسلكوه): Ibnu Katsir mengemukakan perkataan Ibnu
Juraij bahwa Ibnu Abbas berkata: Besi rantai itu dimasukkan dari arah duburnya,
lalu keluar melalui mulutnya, kemudian para pesakitan ini ditata dalam besi
rantai tersebut seperti belalang yang ditusuk berjajar dengan kayu ketika
dipanggang dengan api.
Syaikh al-Allamah Abdur Rahman bin Nasir as-Sa’di seorang tokoh
ulama dari Saudi yang wafat pada tahun 1376 H, dalam tafsirnya Taisir al-Karim
ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, juz II , tentang ayat tersebut menerangkan
bahwa: Mata rantai itu berasal dari Neraka Jahim yang panasnya mencapai puncak
panas. Kemudian artinya ialah: susunlah para pesakitan (orang-orang tidak
beriman) ini ke rantai tersebut dengan cara: rantai tersebut dimasukkan melalui
duburnya hingga keluar dari mulutnya kemudian gantunglah padanya.
Maka orang sengsara ini terus-menerus disiksa dengan siksaan yang
sedemikian mengerikan ini, betapa dahsyat siksaan itu terhadap dirinya, betapa
menyesalnya dia dengan penghinaan yang sedemikian rupa, sesungguhnya sebab yang
menjadikannya sampai pada kedudukan demikian ialah karena:
إِنَّهُ
كَانَ لاَيُؤْمِنُ بِاللهِ الْعَظِيمِ
“Sesungguhnya dia dahulu (di
dunia) tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.” (QS. Al-Haqqah: 33).
Ia tidak menunaikan apa yang menjadi hak Allah, tidak bertaqwa dan
tidak beribadah kepadanya (Tafsir Ibnu Katsir, IV/536).
Ia kafir kepada Rabbnya, menentang Rasul-Nya dan menolak kebenaran
yang dibawa oleh RasulNya tersebut. (Tafsir al-Karim ar-Rahman, juz II).
يَآ
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اتَّقُواْ اللهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيْدًا،
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْازًا عَظِيْمَا. أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khotbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا. أَمَّا
بَعْدُ؛
Sidang Jumat rahimakumullah.
Maka demikianlah, orang-orang
yang tidak bertakwa kepada Allah tidak hanya akan mendapatkan kesengsaraan
hidup di dunia berupa kegelisahan hati,
gangguan jiwa dan lain-lain, walaupun mereka berlimpahkan harta dan kemewahan.
Tetapi mereka juga akan diazab dan disiksa dengan siksa akhirat yang teramat
dahsyat.
Sedangkan sebaliknya orang-orang yang bertaqwa kepada Allah selain
akan diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan. Dan dimudahkan dalam segala
urusan dunianya, mereka juga dijanjikan Surga sebagai tempat kemenangan.
Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ
لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا {31} حَدَآئِقَ وَأَعْنَابًا {32} وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا
{33} وَكَأْسًا دِهَاقًا {34} لاَّيَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلاَكِذَّابًا {35}
جَزَآءً مِن رَّبِّكَ عَطَآءً حِسَابًا {36}
“Sesungguhnya untuk orang-orang
yang bertakwa ada tempat kemenangan (Surga),
kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan
gelas-gelas yang penuh (berisi minuman), di dalamnya mereka tidak mendengar
perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta sebagai balasan dari
Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.” (QS. An-Naba’: 31-36).
Hadirin sidang Jumat rahimakumullah.
Maka hanya kepada Allah-lah kita menghadapkan wajah, menyandarkan
segala harapan seraya berdoa semoga Ia mencurah-kan limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya kepada kita, untuk bertakwa hanya kepada-Nya, melaksanakan semua
perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya, berpegang teguh kepada Kitab-Nya
dan sunah-sunah Rasul-Nya dengan pemahaman para sahabat dan pengikut mereka
dari kalangan salafus shalih, sehingga kita selamat dari segala fitnah dunia
berupa kehancuran moral dan berbagai kesengsaraan dari akibat buruk modernisasi
dan globalisasi serta tergolong orang-orang yang memperoleh kemenangan di
sisi-Nya dan selamat dari azab dan siksa akhirat yang maha dahsyat. Amin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
أَقِيْمُوا
الصَّلاَةَ.
Penulis adalah Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama ISlam Al-Azhaar dan kandidat Doktor Pendidikan Islan Universitas Ibn Khaldun, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar